Lagu dan Dakwah

Candra Malik,
SUFI

Lagu adalah ibu kehidupan. Tatkala seorang anak manusia menangis, ibu memeluknya, menimang, seraya bersenandung. Ada yang sederhana: menenangkannya dengan irama ketukan "cup-cup-cup-cup". Ada yang melantunkan kidung penghibur yang mengalihkan perhatian si anak dari gejolak jiwanya. Ada pula yang sekadar menirukan suara-suara lucu agar anak segera tertawa. Pun ada yang turut menangis, seperti sengaja ikut larut dalam kesedihan yang sama. Dan isak tangis mereka yang menyayat hati siapa pun yang mendengarkannya itu adalah lagu kehidupan bernada minor.

Seorang imam yang berdiri tegak di depan jemaahnya melagukan Q.S. Al-Fatihah, dan seruan "Aaamiiiin..." yang membahana di masjid dan menjelma pujian ke seantero semesta itu pun adalah uni-sound, nada yang sama yang dilantunkan serentak, kor dalam ritual ibadah mahdhah yang selalu menggetarkan. Dalam sujud sendiri pun, istigfar dan batin penyesalan berpadu-padan dengan lafal pujian kepada Allah Yang Maha Suci dalam bahasa tangis yang memanggil air mata. Pun dalam ibadah ghairu mahdhah, sering kali dalam volume besar, sesekali lirih seperti berbisik, hamba melantunkan desah dan nada. Manusia bernyanyi. Kita melagukan setiap rinci kehidupan.

Jumat, 24 Mei 2013

Candra Malik,
SUFI

Lagu adalah ibu kehidupan. Tatkala seorang anak manusia menangis, ibu memeluknya, menimang, seraya bersenandung. Ada yang sederhana: menenangkannya dengan irama ketukan "cup-cup-cup-cup". Ada yang melantunkan kidung penghibur yang mengalihkan perhatian si anak dari gejolak jiwanya. Ada pula yang sekadar menirukan suara-suara lucu agar anak segera tertawa. Pun ada yang turut menangis, seperti sengaja ikut larut dalam kesedihan yan

...

Berita Lainnya