Imlek dan Harmoni Antaretnis

Tom Saptaatmaja,
ALUMNUS STFT WIDYA SASANA MALANG DAN SEMINARI ST. VINCENT DE PAUL

Sejak Imlek dinyatakan sebagai hari libur nasional mulai 2003 oleh Presiden Megawati, Imlek menjadi pusat perhatian, khususnya oleh media. Nyaris tak ada media yang tidak memberitakan Imlek. Semua elemen ikut ambil bagian memeriahkan Imlek.

Sejatinya, sejak migrasi etnis Tionghoa di awal-awal Masehi, Imlek kerap menjadi hari kebersamaan bagi segenap suku bangsa di Nusantara. Kecenderungan ini juga muncul lagi sejak berbagai regulasi yang mengebiri budaya Tionghoa, termasuk Imlek dicabut oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), khususnya Inpres Nomor 14 Tahun 1967 yang dibuat oleh Presiden Soeharto. Imlek pun menjadi pesta keragaman budaya. Imlek menjadi momentum saling menghargai perbedaan.

Senin, 11 Februari 2013

Tom Saptaatmaja,
ALUMNUS STFT WIDYA SASANA MALANG DAN SEMINARI ST. VINCENT DE PAUL

Sejak Imlek dinyatakan sebagai hari libur nasional mulai 2003 oleh Presiden Megawati, Imlek menjadi pusat perhatian, khususnya oleh media. Nyaris tak ada media yang tidak memberitakan Imlek. Semua elemen ikut ambil bagian memeriahkan Imlek.

Sejatinya, sejak migrasi etnis Tionghoa di awal-awal Masehi, Imlek kerap menjadi hari kebersamaan bagi segenap suku bangsa di

...

Berita Lainnya