Nabi Muhammad dan Penghinanya

Mohamad Guntur Romli,
PENULIS

Saat Nabi Muhammad masih di Mekah sebelum hijrah ke Madinah, ia dikelilingi lawan-lawannya. Segala macam kekerasan dari yang fisik hingga yang psikis berlipat-lipat diterimanya. Sebuah riwayat sering dikutip oleh para khatib untuk menggambarkan ketabahan dan keagungan budi Nabi Muhammad. Setiap kali Rasul selesai beribadah dari pelataran Ka'bah, ia melewati "gang senggol". Dari lantai atas, ada seseorang yang senantiasa mengintainya. Setiap kali Nabi Muhammad melintas, ia meludahi dan melemparkan kotoran. Permusuhan orang itu sampai kelewat batas. Suatu hari ia melempar isi perut onta, lambung, dan usus yang masih penuh kotoran. Nabi Muhammad jatuh, terengah-engah dan hampir pingsan. Untung saja ada seseorang yang bersimpati dan menolongnya. Nabi Muhammad tidak membalas kekasaran itu. Hingga pada hari yang lain Nabi Muhammad melewati gang sempit itu tanpa rintangan. Ia heran, seperti menunggu dan mengamati, mencari-cari orang yang memusuhinya. Nabi Muhammad dikabari bahwa orang yang biasa melemparkan kotoran jatuh sakit. Mendengar kabar itu, Nabi Muhammad tidak menimpalinya dengan "syukurin luu", melainkan malah menjenguknya. Didatangi Nabi Muhammad, orang itu terharu, meminta maaf, dan menyatakan keislamannya.

Jumat, 12 Oktober 2012

Mohamad Guntur Romli,
PENULIS

Saat Nabi Muhammad masih di Mekah sebelum hijrah ke Madinah, ia dikelilingi lawan-lawannya. Segala macam kekerasan dari yang fisik hingga yang psikis berlipat-lipat diterimanya. Sebuah riwayat sering dikutip oleh para khatib untuk menggambarkan ketabahan dan keagungan budi Nabi Muhammad. Setiap kali Rasul selesai beribadah dari pelataran Ka'bah, ia melewati "gang senggol". Dari lantai atas, ada seseorang yang senantiasa

...

Berita Lainnya