Ini Kompetisi, Bukan Perang!

Agus Baharudin
WARTAWAN TEMPO

Saya tak akan pernah melupakan perhelatan final kompetisi perserikatan tahun 1989-1990 itu. Dalam laga akhir yang mempertemukan Persib Bandung melawan Persebaya tersebut, Stadion Utama Senayan (nama sebelum diubah menjadi Gelora Bung Karno) benar-benar menggelegar oleh gairah penonton.

Ketika satu per satu nama pemain disebut melalui pengeras suara, tepuk tangan dan siulan bersahutan. Stadion pun bergemuruh. "Adeng Hudaya..., Dede Iskandar…", dan seterusnya. Puncaknya adalah ketika nama Adjat Sudradjat disebut, sambutan penonton lebih menggila. Mereka "meledak" memeriahkan nama idola Persib tersebut. Petasan dinyalakan dari sudut-sudut stadion.

Minggu, 21 Juli 2013

Agus Baharudin
WARTAWAN TEMPO

Saya tak akan pernah melupakan perhelatan final kompetisi perserikatan tahun 1989-1990 itu. Dalam laga akhir yang mempertemukan Persib Bandung melawan Persebaya tersebut, Stadion Utama Senayan (nama sebelum diubah menjadi Gelora Bung Karno) benar-benar menggelegar oleh gairah penonton.

Ketika satu per satu nama pemain disebut melalui pengeras suara, tepuk tangan dan siulan bersahutan. Stadion pun bergemuruh. "Adeng H

...

Berita Lainnya