Menerjemahkan Kitab, Menuai Rancage

Mulanya hanya berniat untuk menepis kesan bahwa belajar di pesantren sekadar menjadi "tukang liwet" alias tak bisa apa-apa.

Jumat, 11 Februari 2005

Mulanya hanya berniat untuk menepis kesan bahwa belajar di pesantren sekadar menjadi "tukang liwet" alias tak bisa apa-apa. Kesan itu muncul lantaran kitab kuning yang menjadi menu sehari-hari para santri menjadi barang yang sangat sulit dicerna. Maklum, kitab-kitab itu aslinya berbahasa Arab.Berbekal niat itulah, pada 1985, KH Ahmad Makky, 56 tahun, mulai menerjemahkan kitab-kitab kuning ke dalam bahasa Sunda. Terjemahan itu ditulis dengan huruf p...

Berita Lainnya