Menyambung Hidup dengan Aking

Tak sanggup membeli beras, sebagian warga Cirebon mengkonsumsi nasi kering.

Minggu, 8 Januari 2006

Rasti memelototi tampah di kedua tangannya. Dengan tekun, ibu tiga anak ini menelisik setiap butir nasi kering di hadapannya untuk membuang sisa-sisa kotoran. "Kadang masih ada yang kecampur kerikil," ucapnya. Sejak krisis melanda pada 1998, ia mulai memakan aking walau tidak setiap hari. "Selang-seling, sehari makan nasi, sehari makan aking," tutur Rasti, 30 tahun. Namun, sejak harga bahan pokok naik akibat melambungnya harga bahan bakar minyak, kel...

Berita Lainnya