Agama tanpa Agama

Mohd. Sabri A.R.
Dosen Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin
mohdsabriar@yahoo.co.id

Derrida adalah pesona. Ia perlu didengar seperti irama musik. Ia mempercakapkan filsafat dengan gaya yang tipikal. Tak banyak kata yang bisa mendekatkan kita pada teksnya. Teks purba yang tak tersentuh sekalipun, dengan amat dingin, ia analisis dengan cara yang mengguncang penalaran dan bahasa kita dengan dekonstruksi.

Bila kita menyusuri anak sungai literasi ke belakang, abad ke-6 SM adalah titik simpul yang menandai perubahan kiblat misterius peradaban manusia dari mythos ke logos, pada abad ke-17 menyingsing ilmu dan teknologi yang mengubah total paras manusia, dan abad ke-21 adalah babak baru yang menggadaikan pembongkaran terhadap anggitan dan konsep lama. Salah satunya adalah anggitan "agama".

Kamis, 25 September 2014

Mohd. Sabri A.R.
Dosen Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin
mohdsabriar@yahoo.co.id

Derrida adalah pesona. Ia perlu didengar seperti irama musik. Ia mempercakapkan filsafat dengan gaya yang tipikal. Tak banyak kata yang bisa mendekatkan kita pada teksnya. Teks purba yang tak tersentuh sekalipun, dengan amat dingin, ia analisis dengan cara yang mengguncang penalaran dan bahasa kita dengan dekonstruksi.

Bila kita menyusuri anak sungai literas

...

Berita Lainnya