Pengemis Profesional

Shinta Febriany
Penyair dan Sutradara Teater

Pada suatu malam, di pelataran toko yang cukup ramai, saya menyaksikan adegan yang mengusik. Seorang lelaki tua yang duduk mengemis di depan toko setiap hari dijemput oleh seorang lelaki dengan sepeda motor. Tanpa melepas helmnya, dia mengambil tas tempat lelaki tua itu menyimpan uang hasil mengemisnya, lalu menggulung tikar tempat lelaki tua itu biasa duduk. Setelah itu ia naik kembali ke atas sepeda motor. Lelaki tua itu sendiri tampak kesulitan bangkit dari duduknya. Setelah berhasil berdiri, sang lelaki tua naik ke atas sepeda motor tanpa mengenakan helm, lalu melajulah mereka.

Saya melihat mereka dalam jarak yang cukup dekat. Lelaki yang menjemput dengan sepeda motor tampak masih muda dan sehat. Mimiknya datar. Tak ada percakapan antara ia dan lelaki tua. Adegan itu menerbitkan rasa ingin tahu saya. Ingin sekali saya bertanya kepada lelaki itu mengapa ia merelakan seorang lelaki tua-yang semestinya berbaring di rumah-duduk mempertontonkan kerentaannya demi lembaran rupiah.

Jumat, 16 Mei 2014

Shinta Febriany
Penyair dan Sutradara Teater

Pada suatu malam, di pelataran toko yang cukup ramai, saya menyaksikan adegan yang mengusik. Seorang lelaki tua yang duduk mengemis di depan toko setiap hari dijemput oleh seorang lelaki dengan sepeda motor. Tanpa melepas helmnya, dia mengambil tas tempat lelaki tua itu menyimpan uang hasil mengemisnya, lalu menggulung tikar tempat lelaki tua itu biasa duduk. Setelah itu ia naik kembali ke atas sepeda

...

Berita Lainnya