Baghavadgita dan Senandung Sufi

Mohd. Sabri AR
Dosen Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin

Ide tentang perjumpaan mistik lintas agama punya jejak yang panjang. Dari pusaran tiang gurun yang beku, Dinasti Mughal Islam hadir sebagai saksi: sublimnya percakapan senyap tentang iman. 'Abd al-Rahmân Chishtî, sufi terpenting abad ke-17, menerbitkan karya jenial, Mir'ât al-Haqâiq ("Cermin Kebenaran"), sebuah esai tawhid untuk menafsirkan Baghavadgita. Secara konvensional Bhagavadgita ("Kidung Sang Dewa") diyakini sebagai literasi Hindu yang tak terpisahkan dari kitab Mahabharata.

Bhagavadgita merupakan episode ketiga dari Bhismaparvan, kitab keenam dari delapan belas kitab yang secara bersama membangun Mahabharata. Penafsiran esoterik sejumlah sufi terhadap kitab-kitab Hindu telah berlangsung jauh sebelum Chishtî. Syaikh sufi Qubjahânî misalnya, telah menyingkap "rahasia" kitab Yoga Vasistha dalam, Kasyf al-Kunûz.

Kamis, 27 Maret 2014

Mohd. Sabri AR
Dosen Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin

Ide tentang perjumpaan mistik lintas agama punya jejak yang panjang. Dari pusaran tiang gurun yang beku, Dinasti Mughal Islam hadir sebagai saksi: sublimnya percakapan senyap tentang iman. 'Abd al-Rahmân Chishtî, sufi terpenting abad ke-17, menerbitkan karya jenial, Mir'ât al-Haqâiq ("Cermin Kebenaran"), sebuah esai tawhid untuk menafsirkan Baghavadgita. Secara konvensional Bhagavadg

...

Berita Lainnya