Aksi Bertutur dan Berdemokrasi

Alwy Rachman
Pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin

Hari-hari ini, cuaca Indonesia penuh dengan aksi tutur politik. Di sana-sini para politikus bertutur banyak hal: tentang kemiskinan, kesehatan, pendidikan, pengangguran, ekonomi, atau apa saja, termasuk penolakan terhadap golput. Pokoknya, janji politik ditebar melalui tutur yang dianggap dapat memikat rakyat. Jadilah panggung kampanye sebagai panggung aksi bertutur.

Sedemikian riuhnya, para pencari kekuasaan itu menjelma menjadi aktor-aktor utama di berbagai panggung. Di sana tidak ada suara rakyat. Yang ada di sana adalah suara politikus yang menganggap suaranya adalah suara rakyat. Rakyat yang di sana tak lebih dari pernak-pernik panggung agar kelihatan tak sepi. Di sana, rakyat berperan tak lebih dari penonton yang berjejalan di sekitar panggung, mendengar apa saja yang dituturkan oleh para politikus tanpa perlu berpikir, apalagi berdiskusi dan berdebat.

Selasa, 25 Maret 2014

Alwy Rachman
Pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin

Hari-hari ini, cuaca Indonesia penuh dengan aksi tutur politik. Di sana-sini para politikus bertutur banyak hal: tentang kemiskinan, kesehatan, pendidikan, pengangguran, ekonomi, atau apa saja, termasuk penolakan terhadap golput. Pokoknya, janji politik ditebar melalui tutur yang dianggap dapat memikat rakyat. Jadilah panggung kampanye sebagai panggung aksi bertutur.

Sedemikian

...

Berita Lainnya