Titah

"Bunuh!" demikian titah itu. Dan kita ingat "pembakaran" Nabi Ibrahim hidup-hidup. Ia datang sebagai pembangkang ke Istana Namrudz. Sang Raja menyambutnya tanpa sapa, tanpa tawa. Sunyi. Tapi wajahnya menyala bagai lahar. Dan api itu siap menyantap. Tumpukan kayu lalu disusun, dan Ibrahim diikat di tiang, tangannya ditambang, kemudian setiap orang datang melemparkan amarah. Lalu, api menggelora.

Kamis, 17 Oktober 2013

Mohd. Sabri AR
Dosen Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin

"Bunuh!" demikian titah itu. Dan kita ingat "pembakaran" Nabi Ibrahim hidup-hidup. Ia datang sebagai pembangkang ke Istana Namrudz. Sang Raja menyambutnya tanpa sapa, tanpa tawa. Sunyi. Tapi wajahnya menyala bagai lahar. Dan api itu siap menyantap. Tumpukan kayu lalu disusun, dan Ibrahim diikat di tiang, tangannya ditambang, kemudian setiap orang datang melemparkan amarah. Lalu, api me

...

Berita Lainnya