Kebebasan Semu, Penjara, dan Logoterapi

Wawan Kurniawan
MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah." -- Pramoedya Ananta Toer

Menulis bukanlah hal yang sulit bagi sebagian orang. Namun sebagiannya lagi merasa kegiatan menulis adalah hal yang menyenangkan. Menulis, bila dikaji dalam bidang ilmu psikologi, bisa menjadi sebuah terapi dalam menstabilkan kondisi emosi atau gejolak di dalam jiwa. Seperti yang dijelaskan G. Bolton pada 2004 dalam buku Introduction: Writing Cures, kegiatan menulis menyimpan kekuatan tersendiri. Sebab, kegiatan menulis adalah bentuk eksplorasi dan ekspresi wilayah pemikiran, emosi, dan spiritual. Hal ini dapat dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan mengembangkan pemikiran serta kesadaran akan peristiwa.

Salah seorang tokoh psikologi, Viktor Frankl, menjadikan proses menulis sebagai bahan untuk menemukan makna pada kedalaman hidupnya sendiri. Bukunya, Man's Search for Meaning, terbit pada 1946 dengan judul awal Trotzdem Ja Zum Leben Sagen: Ein Psychologe erlebt das Konzentrationslager, yang berarti Nevertheless, Say "Yes" to Life: A Psychologist Experiences the Concentration Camp. Dan pada 1959, buku itu terbit kembali dengan judul yang berbeda, yakni From Death-Camp to Existentialism. Namun, dalam versi Inggris, buku tersebut lebih dikenal dengan judul Man's Search for Meaning.

Sabtu, 12 Oktober 2013

Wawan Kurniawan
MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah." -- Pramoedya Ananta Toer

Menulis bukanlah hal yang sulit bagi sebagian orang. Namun sebagiannya lagi merasa kegiatan menulis adalah hal yang menyenangkan. Menulis, bila dikaji dalam bidang ilmu psikologi, bisa menjadi sebuah terapi dalam menstabilkan kondisi

...

Berita Lainnya