Melumpuhkan Musuh Besar

Willy Kumurur
PEMERHATI SOSIAL

Tiga Menguak Takdir

Dengan suara memelas, Calpurnia Pisonis memohon kepada suaminya, Kaisar Julius Caesar-penguasa tertinggi kerajaan Romawi-untuk tidak memenuhi undangan para senator. Intuisi Pisonis mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap suaminya. Namun, sebagai pemimpin, Caesar mesti tampil di hadapan mereka. Wajah para politikus tampak tegang saat Julius memasuki ruang senat; ia merasa kebijakannya tidak diterima. Saat memandang ke segenap penjuru ruang, Caesar mendapati bahwa hadir juga sahabatnya, Marcus Junius Brutus. Ia merasa tenang karena, paling tidak, ada seorang yang mendukungnya.

Senator Publius Servilius Casca Longus mendadak menggebuk bahunya dari belakang. Caesar menjadi limbung dan kehilangan keseimbangan. Senator lainnya menghunus senjata dari balik toganya dan berpacu menghunjamkannya ke Sang Kaisar. Sebuah senjata berkelebat mengarah ke tubuhnya. Gagang senjata itu digenggam oleh Brutus. Tak pernah Caesar menyangka orang kepercayaannya justru menikamnya. Sambil menahan pedih di tubuh dan hatinya, Caesar berseru "Et tu Brute?" (engkau juga Brutus?). Itulah kalimat terakhir Julius Caesar sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir pada 15 Maret tahun 44 SM. Drama William Shakespeare ini amat terkenal dan kerap menjadi analogi peristiwa pengkhianatan.

Kamis, 15 Agustus 2013

Willy Kumurur
PEMERHATI SOSIAL

Tiga Menguak Takdir

Dengan suara memelas, Calpurnia Pisonis memohon kepada suaminya, Kaisar Julius Caesar-penguasa tertinggi kerajaan Romawi-untuk tidak memenuhi undangan para senator. Intuisi Pisonis mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap suaminya. Namun, sebagai pemimpin, Caesar mesti tampil di hadapan mereka. Wajah para politikus tampak tegang saat Julius memasuki ruang senat; ia merasa kebijakannya

...

Berita Lainnya