Perkara Lahan Makam

Erni Aladjai
PENULIS BERGIAT DI KOMUNITAS DAPUR SENI SALANGGAR

Semakin padat. Maju. Dan penuh gedung menjulang di sebuah kota. Maka permasalahannya juga makin melangit. Selain kemacetan, volume sampah yang tak tertangani, serta minimnya ruang terbuka hijau dan banjir, ada satu perkara lain yang sungguh penting: krisis lahan makam.

Bagi saya, hidup dan mati adalah dua kawan setia. Keduanya sama berarti. Jadi saya rasa, semasa hidup, kita harus bisa memikirkan solusi krisis lahan makam yang terjadi hampir di semua kota berpenduduk melimpah.

Jika Anda kaya, tentu Anda tak perlu mencemaskan dua meter tanah untuk tubuh yang tak berdaya. Jika Anda punya uang sepuluh hingga lima belas juta rupiah, Anda sudah mampu membeli tanah makam untuk satu orang. Namun bagaimana dengan warga miskin dan serba pas-pasan? Bagaimana kaum seperti ini bisa memikirkan membeli tanah makam? Jika untuk makan saja ia mesti berjuang jumpalitan.

Jumat, 19 Juli 2013

Erni Aladjai
PENULIS BERGIAT DI KOMUNITAS DAPUR SENI SALANGGAR

Semakin padat. Maju. Dan penuh gedung menjulang di sebuah kota. Maka permasalahannya juga makin melangit. Selain kemacetan, volume sampah yang tak tertangani, serta minimnya ruang terbuka hijau dan banjir, ada satu perkara lain yang sungguh penting: krisis lahan makam.

Bagi saya, hidup dan mati adalah dua kawan setia. Keduanya sama berarti. Jadi saya rasa, semasa hidup, kita harus bi

...

Berita Lainnya