Liem Menyelamatkan Budaya
Senin, 21 Februari 2011
Ketekunan Liem Keung Young merangkai kata demi kata dalam novel aksara lontara Makassar ternyata membawa pesan khusus. Seperti dikisahkan budayawan Syaifuddin Bahrun. Warga Tionghoa yang hidup pada era 1930-1940 di Makassar sudah melupakan adat istiadat leluhur dan bahasa Mandarin, sehingga hal itu menimbulkan kesedihan dalam diri Liem.
Apalagi, dalam pergaulannya, warga Tionghoa menggunakan bahasa Makassar dan Melayu sebagai alat komunikasi resm
...