Untung-Rugi Bersahabat dengan Rekan Kerja
Hanya 30 persen orang yang memiliki sahabat di tempat kerja. Teori organisasi menyebutkan tak punya teman merugikan karyawan.
Tempo
Selasa, 8 Agustus 2023
Ketika masih remaja dan berusia 20-an tahun, saya tidak terlalu memikirkan pentingnya menyukai para rekan kerja saya. Pada saat itu, saya bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran di Toronto dan salah satu pengalaman yang saya dapat adalah pertemanan dengan kolega saya.
Namun, ketika saya menjadi profesor di universitas sekaligus pengajar para pekerja profesional, saya menyadari pentingnya membangun relasi di tempat kerja. Kini saya sadar bahwa tempat kerja dapat terasa lebih nyaman ketika para pekerjanya memiliki hubungan baik satu sama lain.
Temuan ini berbeda dengan sentimen umum yang saya lihat selama lebih dari 20 tahun bekerja dengan karyawan lainnya: berteman dengan rekan kerja itu tak penting. Meskipun sentimen semacam ini juga dapat dipahami, hal itu tidak ada gunanya—apalagi ketika kita bekerja dengan individu yang sulit akur dengan kita.
Ilustrasi pertemanan di kantor. Shutterstock
Jenis-jenis Pertemanan di Tempat Kerja
Sekitar 30 persen warga Amerika Utara mengatakan mereka memiliki sahabat di tempat kerja. Sisanya melaporkan bahwa mereka memiliki teman kerja biasa saja.
Sangat berguna untuk membedakan berbagai jenis pertemanan karena tidak semua hubungan memberikan manfaat yang sama. Dengan menentukan jenis pertemanan dan memahami manfaatnya masing-masing, kita dapat membuat keputusan berdasarkan informasi tentang apakah berinvestasi dalam hubungan tertentu membawa manfaat.
Dengan merujuk pada penelitian psikologis terdahulu tentang berbagai jenis pertemanan di tempat kerja, beserta pengalaman saya bekerja dengan ribuan manajer dan pemimpin, saya membuat empat kategori pertemanan di kantor.
1. Sahabat di kantor. Ini adalah jenis pertemanan yang sangat dekat dan ditandai dengan adanya hal-hal personal yang saling diungkapkan. Sahabat tempat kerja menghargai temannya, jujur, dan dapat dipercaya.
2. Teman dekat di kantor. Ini adalah pertemanan yang erat, tapi tidak sampai ke level sahabat. Kebanyakan orang dalam hubungan ini ingin tetap berteman baik, bahkan jika satu orang meninggalkan tempat kerja tersebut.
3. Teman kantor. Hubungan ini memiliki beberapa kriteria yang sama seperti di atas, tapi kecil kemungkinan untuk bertahan di luar pekerjaan. Umumnya, tak banyak hal pribadi yang diungkapkan satu sama lain. Teman seperti ini biasanya tipe orang yang bisa kamu ajak makan siang atau ngopi.
4. Rekan sekantor. Ini merujuk pada seseorang yang mungkin sering kamu temui di kantor, tapi interaksimu dengan mereka hanya sebatas bertukar senyum atau basa-basi singkat.
Keuntungan Pertemanan Sekantor
Pertemanan di tempat kerja meningkatkan inovasi, perasaan aman secara psikologis, dan belas kasih. Saat atasan menciptakan suasana seimbang di kantor serta bersahabat dengan para karyawannya, ini dapat mendorong keterbukaan emosional, kemampuan beradaptasi, dan kerendahan hati yang diperlukan di lingkungan bisnis masa kini.
Elton Mayo, salah satu penemu teori organisasi modern, sadar bahwa hubungan sosial-emosional di tempat kerja penting bagi kinerja karyawan.
Namun sekadar berbagi informasi dengan orang lain tak membangun peluang ini—perlu ada pertukaran yang bersifat emosional. Pertukaran emosional memerlukan seseorang untuk terbuka akan perasaan dan kekhawatirannya, hal yang tidak ada dalam pertukaran informasi biasa.
Karena pertukaran emosional ini, pertemanan di tempat kerja bisa menjadi sulit. Mereka membutuhkan investasi waktu yang signifikan dan kepercayaan serta pengungkapan diri, yang bisa menakutkan bagi beberapa orang.
Jenis Hubungan Apa yang Layak Dibangun?
Menjalin dan menjaga pertemanan di tempat kerja menjadi semakin penting bagi orang-orang sejak pandemi. Dengan semakin umumnya bekerja jarak jauh dan hybrid, pertemanan di tempat kerja berperan penting dalam memberikan dukungan sosial dan emosional yang dibutuhkan para pekerja.
Sahabat di kantor memberikan paling banyak keuntungan karena jenis hubungan ini menawarkan paling banyak peluang untuk pertukaran emosi di antara rekan kerja. Manfaatnya termasuk meningkatkan kebahagiaan, produktivitas, dan motivasi karyawan. Namun hubungan sedekat ini sulit dibangun dan cenderung melelahkan sehingga lebih jarang terjadi dibanding tipe hubungan lainnya.
Teman dekat dan teman sekantor adalah tipe hubungan yang paling mungkin memberikan manfaat tersebut tanpa membuat lelah secara emosional dan tak sulit dikelola. Namun penting untuk dicatat bahwa berteman dekat juga memiliki tantangan-tantangan yang sama dengan memiliki sahabat sekantor—termasuk risiko terjadinya konflik yang lebih tinggi ihwal pelimpahan beban kerja.
Rekan sekantor adalah tipe hubungan di tempat kerja yang tak menawarkan keuntungan apa pun. Jika kamu ingin mendapat banyak hal di tempat kerja, hal terbaik yang bisa kamu lakukan adalah berusaha membangun pertemanan.
Ilustrasi pertemanan di kantor. Shutterstock
Tak Membangun Pertemanan Bisa Merugikan
Namun bagaimana jika kamu punya kolega yang kamu tak suka? Daripada berusaha tersenyum dan sabar menghadapi keberadaan mereka, kamu bisa membuat pilihan untuk menjauhkan diri. Ini bisa saja berarti melepaskan peranmu atau menjaga jarak tanpa mengorbankan kemampuan bekerja.
Meskipun menghindari orang yang tidak kamu sukai dapat membantu, hal itu sering kali menantang untuk dilakukan di tempat kerja. Selain itu, bersikap tidak ramah di tempat kerja—baik karena menjalin pertemanan dirasa terlalu sulit maupun lantaran kamu menghindari orang tertentu—dapat membuat pekerjaanmu terasa kurang menyenangkan.
Pekerja yang kurang berteman biasanya lebih sedikit mendapat makna pekerjaan mereka dan memiliki lebih sedikit peluang untuk maju. Keengganan membangun pertemanan juga dapat menyebabkan tingkat kesepian dan isolasi lebih tinggi, yang pada akhirnya dapat membuatmu sakit.
Perspektif Baru
Jika kamu memutuskan mempertahankan hubungan pertemanan dengan rekan kerja yang tidak kamu sukai, ada beberapa strategi yang dapat kamu gunakan untuk membangun hubungan kerja yang produktif dengan mereka. Salah satu strategi ini melibatkan penggunaan pembingkaian ulang yang positif demi mengubah caramu berpikir dan menginterpretasikan perilaku kolegamu.
Menggunakan metafora untuk mengubah perspektif bisa menjadi cara yang berguna untukmu mencapai hal tersebut. Salah satu metafora yang sangat berguna adalah menyamakan kolegamu dengan sebuah buku. Saat membaca buku, meskipun menyenangkan, mungkin ada bagian yang tidak kamu sukai dan kamu abaikan. Namun kamu tidak mengabaikan keseluruhan buku tersebut.
Menerapkan metafora ini kepada rekan kerja dapat membantumu menonjolkan bagian yang kamu sukai dari seseorang, sembari melepaskan bagian yang kurang diinginkan. Penting untuk mengetahui bahwa tidak ada orang yang sempurna—di dalam atau di luar pekerjaan.
Meskipun akan selalu ada rekan kerja yang tidak kamu pedulikan, dengan pembingkaian ulang, kamu dapat membantu menciptakan tempat kerja yang lebih baik untuk diri sendiri dan orang-orang di sekitar kamu.
---
Artikel ini ditulis oleh Stephen Friedman, pakar ilmu organisasi dari York University, Kanada. Terbit pertama kali dalam bahasa Inggris di The Conversation.