Laparoskopi Ginekologi di Mayapada Hospital Bogor
Operasi minimal invasif untuk kista, myoma, dan penyakit kandungan lainnya.#InfoTempo
Iklan
Selasa, 20 Juni 2023
Tim Obgyn Center di Mayapada Hospital Bogor yang dipimpin oleh dr. Yudi Andriansyah, Sp.OG(K)Onk, M.Kes sukses melakukan tindakan perdana Total Laparoscopic Hysterectomy Bilateral Salpingo-oophorectomy (TLHBSO). Yudi menjelaskan, tindakan ini melibatkan pengangkatan rahim, kedua indung telur, dan salurannya menggunakan teknik bedah laparoskopi.
"Tindakan ini dilakukan pada seorang pasien wanita dengan kista ovarium dan myoma pada rahim, serta memiliki riwayat kanker payudara sebelumnya dan telah menjalani beberapa terapi kanker," kata dia.
Menurutnya, kista pada ovarium dan myoma atau benjolan pada rahim bisa menimbulkan beberapa gejala yang sangat mengganggu aktivitas seperti nyeri hebat di panggul, gangguan haid, perut membesar, hingga bisa juga menimbulkan gangguan pada usus dan kandung kemih. "Karena itu, pada tahap tertentu penting untuk dilakukan pengangkatan kista dan myoma ini," ujarnya.
Bedah laparoskopi adalah teknik bedah invasif minimal yang digunakan untuk mengakses dan melakukan tindakan di daerah perut dan panggul. Dalam prosedur ini, digunakan laparoskop, yaitu sebuah batang teleskopik tipis yang dilengkapi dengan kamera di ujungnya.
Laparoskop dimasukkan melalui sayatan kecil, berukuran hanya 0,5 cm-1 cm di dinding perut, untuk memberikan visualisasi langsung ke dalam tubuh tanpa harus membuka perut secara menyeluruh. Prosedur bedah laparoskopi memungkinkan dokter untuk melihat dengan jelas dan melakukan tindakan operasi dengan bantuan layar monitor yang menampilkan gambaran dari laparoskop.
Di Mayapada Hospital, menggunakan alat laparoskopi dengan ketajaman visual yang cukup baik. Keunggulan teknologi ini memungkinkan dokter untuk melihat jaringan dan struktur kecil dengan lebih detail, termasuk visualisasi yang baik dari pembuluh darah.
Hal ini sangat membantu dokter dalam melakukan tindakan operasi dengan presisi yang tinggi dan mengurangi risiko cedera selama prosedur. Keterampilan dokter operator juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan bedah laparoskopi.
Dengan penggunaan alat yang canggih dan keahlian dokter yang terlatih, maka dapat memberikan perawatan yang optimal dan memastikan keselamatan pasien selama tindakan bedah laparoskopi. Laparoskopi ginekologi terutama digunakan untuk tujuan diagnostik dan terapeutik atau pengobatan untuk penyakit kandungan.
Menurutnya, ini memungkinkan dokter kandungan untuk memvisualisasikan dan mengobati berbagai kondisi. Pertama, endometriosis, yakni diagnosis, eksisi, atau ablasi jaringan endometriotik. Kedua, kista ovarium, meliputi evaluasi dan pengangkatan kista.
Ketiga, evaluasi tuba, yakni penilaian tuba falopi (saluran indung telur) apakah ada penyumbatan atau kelainan atau sterilisasi tuba. Keempat, adhesi panggul, meliputi evaluasi dan lisis adhesi (jaringan parut) di panggul. Kelima, histerektomi, yakni pengangkatan rahim sebagian atau seluruhnya melalui pendekatan transvaginal.
Bedah laparoskopi memiliki keunggulan dan manfaat yang lebih untuk pasien, dibandingkan dengan teknik bedah terbuka, antara lain, minimal invasif sehingga lebih minim sayatan, perdarahan, dan nyeri pasca operasi; waktu pemulihan yang lebih cepat serta waktu rawat inap yang lebih singkat sehingga pasien dapat segera kembali beraktivitas pasca operasi; dan risiko komplikasi lebih rendah, seperti infeksi luka, hernia, dan perlengketan organ.
Namun, penting untuk diperhatikan bahwa kesesuaian operasi laparoskopi bergantung pada kondisi spesifik, kesehatan pasien secara keseluruhan, dan keahlian ahli bedah ginekologi. "Evaluasi dan konsultasi menyeluruh dengan dokter spesialis kandungan sangat penting untuk menentukan pendekatan yang paling tepat untuk setiap kasus individu," kata Yudi.