Potensi Kelautan di Pangandaran

Sebagian besar roda kehidupan masyarakatnya berasal dari laut. #Infotempo

Iklan

Jumat, 30 Desember 2022

Setiap perjalanan tentu ada titik tolak dan titik akhir. Tim Ekspedisi Maritim Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) dan Tempo Media Group pun telah sampai di ujung perjalanan.

Usai sudah tim melakukan ekspedisi Kejayaan Maritim dengan menggunakan KRI Dewaruci untuk singgah di 13 kota mengungkap sejarah dan potensi maritim Indonesia. 

Pangandaran adalah titik ujung perjalanan tim menyusuri pantai selatan pulau jawa. Berbicara tentang ekonomi kelautan, Kabupaten Pangandaran adalah contoh yang sempurna.

Sebab, sebagian besar roda kehidupan masyarakatnya berasal dari laut, termasuk kehidupan ekonominya. Sektor perikanan dan kehidupan para nelayan.

Sektor pariwisata dengan bentang pantainya yang luas disertai nyiur pohon kelapa mengundang para wisatawan untuk menikmatinya. Itu sebabnya, perhotelan menjamur di sana.

Di Pangandaran juga terdapat situs sejarah dan goa-goa pinggir laut. Tim ekspedisi pun berkesempatan mengunjungi tempat tersebut.

Tim ekspedisi maritim pun mempotret industri perikanan laut yang ada di Juwana. Sebab, selain perdagangan, potensi perikanan kelautan memegang faktor penting berkembangnya peradaban pesisir. Peradaban pun selalu berjalan lurus dengan kebutuhan pangan.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pujiastuti, mengatakan, potensi laut yang pertama tentunya perikanannya. "Ini sangat penting, Indonesia butuh ini. Kita masih tumbuh penduduknya 2-2,5 persen setiap tahun," kata dia.

Karena itu, membutuhkan ikan. Namun, bagaimna menjaga agar sumber daya ikan ini tetap ada. "Pertama dijaga dari pencuri ikan. Kenapa pencuri ikan jadi masalah, karena alat cangih dalam menangkap ikan sering kali tidak ramah lingkungan dan sering kali menghabiskan," ujarnya.

Kemudian kedua, setelah menjaga dari pencuri, yakni tata cara mengelola harus berkelanjutan. "Kita semua ditugaskan memastikan masa depan bagsa kita ini baik, laut kita baik, berarti dijaga dirawat. Nah saya terjemahkannya dengan meminta sebuah satgas untuk koordinasi baik dengan Angkatan Laut, Polair, Bakamla, dan Kejaksaan Agung," ujar Susi.

Tim ekspedisi maritim juga berkesempatan untuk singgah di salah satu kampong bahari yang ada di Pangandaran. Tim pun terkesima dengan sambutan masyarakatnya serta berbincang dengan nelayan di sana. Belajar banyak tentang hal pemanfaatan potensi lokal dan kemauan masyarakatnya dalam upaya menjaga lingkungannya.

Perwakilan Bank Sampah Pangandaran, Riyan, menceritakan awalnya membuat Bank Sampah, setelah melihat kejadian ikan yang terdampar di darat, kemudian melihat di mulut ikan ada yang terkena jaring, juga ada beberapa sampah plastik. "Mulai dari situ kita bergerak beserta rekan-rekan membentuk sebuah wadah yaitu Bank Sampah," kata Riyan.

Menurutnya, adanya Bank sampah ini sangat penting, karena Pangandaran menjadi Hilir atau ujungnya sungai besar yang ada di kawasan Jawa Barat, yakni Sungai Citanduy, yang merupakan sungai perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. "Jadi meskipun kita selalu giat hampir seminggu sekali kita giat bersih-bersih pantai, tapi tetap saja pantai di Pangandaran kotor, karena ya itu ada sampah-sampah kiriman dari berbagai daerah, karena itu kami bergerak untuk mendirikan Bank Sampah tingkat Desa untuk mengedukasi masyarakat memilah sampah di rumahnya masing-masing menjadi dua jenis sampah organik dan anorganik yang nantinya kita bisa memanfaatkan," ujarnya.

Upaya keras ini berbuah makin mapannya perekonomian rakyat setempat, model tata kelola lingkungan ini bisa dijadikan contoh oleh wilayah-wilayah yang bersinggungan dengan laut.

Berita Lainnya