YYADU! Ajak Semua Pihak Kelola Sampah Laut

Untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan. #Infotempo

Iklan

Minggu, 11 Desember 2022

Pencemaran plastik di laut merupakan masalah yang kompleks dan tidak mengenal batas wilayah atau negara. Permasalahan datang tidak semata-mata langsung dari laut, namun lebih jauh ke hulu.

Melihat permasalahan sampah laut yang sedang terjadi saat ini di pantai-pantai bagian selatan pulau Bali, Yok Yok Ayok Daur Ulang! (disingkat YYADU!) yang merupakan program advokasi dan edukasi daur ulang plastik terus berupaya untuk menghadirkan solusi dan meningkatkan kesadaran penanganan serta pengelolaan sampah melalui kolaborasi pentahelix yang melibatkan beberapa pihak, yakni pemerintah, masyarakat dan komunitas, akademisi, industri, dan juga publikasi/media.

Melalui seminar “Yok Yok Ayok Daur Ulang: Kelola Sampah Laut untuk Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan” Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan bahwa menurut Sustainable Travel Report, 83 persen wisatawan menganggap perjalanan berkelanjutan itu penting dan 62 persen wisata global lebih memilih destinasi dan akomodasi yang bersertifikasi ramah lingkungan. Kemenparekraf mencoba menyikapi adanya perubahan tren global pariwisata dengan mengembangkan destinasi wisata menjadi smart-green destination.

“Adanya ketimpangan antara sosial-budaya serta ekonomi dan lingkungan menjadi PR (pekerjaan rumah), dimana salah satunya adalah pengelolaan sampah responsible atau bertanggungjawab. Untuk mewujudkan aksi nyata tersebut, perlu dilengkapi melalui proses komunikasi, informasi, edukasi, dan sosialisasi,” kata Sandiaga.

Wakil Gubernur Bali, Prof. Tjokorda Oka Artha atau yang akrab disapa Cok Oka, mengatakan bahwa sektor pariwisata di Bali saat ini sedang dalam pemulihan. Masa transisi kembalinya wisatawan ke Bali ini harus diimbangi dengan kesiapan destinasi wisata dari aspek-aspek seperti salah satunya kebersihan.

“Merawat lingkungan sudah menjadi kewajiban masyarakat Bali sejak dulu untuk menjaga kearifan Bali. Namun, seiring terjadinya transformasi mata pencaharian, terjadi kevakuman tanggungjawab. Kewajiban ini perlu diingat dan diimplementasikan kembali dimasa sekarang,” ujarnya.

Berita Lainnya