Pentingnya Peran Pemuda Dalam Hadapi Tantangan Masa Depan

Generasi Muda menjadi modal besar bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, pengembangan industri kreatif, dan mendorong kemandirian industri pertahanan. #Infotempo

Iklan

Senin, 31 Oktober 2022

Tahun 2045 menjadi harapan besar bagi Indonesia yang akan mengalami bonus demografis ketika usia produktif mendominasi. Peran pemuda juga diharapkan menghadapi berbagai tantangan, termasuk aktif dalam mengembangkan industri kreatif. 

Hal itu diungkapkan oleh Sandiaga Salahuddin Uno,Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) dalam Ngobrol@Tempo bertajuk “Pengembangan Pemuda dan Industri Kreatif Menuju Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan oleh Tempo Media, Kamis, 27 Oktober 2022.  Diskusi tersebut diselenggarakan dalam rangka Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober.

“Mari jadikan Sumpah Pemuda sebagai momentum untuk meningkatkan berbagai kemampuan, termasuk kemampuan pembelajaran, literasi, dan kehidupan,” ujar Sandiaga 

Tidak lupa, peningkatan produktivitas dan keterampilan juga penting bagi generasi muda agar nantinya tidak terdisrupsi zaman. “Kita harus satukan tekad, jadikan generasi muda sebagai agen perubahan yang inovatif, adaptif dan kolaboratif,” ucapnya.

Selain menghadirkan Sandiaga Uno, diskusi tersebut turut menghadirkan Usman Kansong,Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo. Ia melihat bonus demografi 2030 sebagai tantangan bagi generasi muda sekarang. “Tergantung kita mau buat generasi muda menjadi job seeker atau job creator,” ucapnya.

Generasi muda, lanjut Usman, harus memiliki keterampilan kreatif guna menjadi job creator atau pembuat pekerjaan dibanding hanya menjadi job seeker atau pencari pekerjaan. “Bonus demografi 2030 akan menjadi keuntungan besar bagi Indonesia jika dibarengi dengan keterampilan yang diperlukan,” kata Usman.

Tidak hanya industri kreatif, pemuda juga diharapkan dalam menghadapi ancaman bencana iklim dunia. Indonesia-pun turut berkomitmen dalam Paris Agreement untuk beradaptasi dalam perubahan iklim dunia. Karena itu, Indonesia perlu melakukan transisi energi untuk mencapai net zero emission.

Anggota Dewan Energi Nasional Herman Darnel Ibrahim, mengatakan, bahan dasar energi Indonesia 90 persen masih menggunakan bahan bakar fosil. Ini menyebabkan Indonesia menyumbang sekitar 600 juta gas rumah kaca ke atmosfer. 

"Transisi energi menjadi kunci dalam pencegahan bahaya bencana iklim,” ujarnya dalam diskusi bertajuk “Generasi Muda Dalam Mendukung Transisi Energi Dengan Mengurangi Dampak Perubahan Iklim”.

“Sebab itu, generasi muda harus menjadi pelaku utama dari transisi energi di Indonesia, guna menghindari bahaya bencana iklim,” tuturnya.  

Pada kesempatan yang sama, Co-Founder Indonesian Energy and Environmental Institute, Satya Hangga Yudha menjelaskan beberapa strategi yang dapat dipakai untuk memasifkan kesadaran generasi muda akan pentingnya transisi energi. Utamanya adalah penggunaan media sosial sebagai alat kampanye perubahan iklim.

“Generasi muda sekarang memiliki kesadaran lebih besar karena akses informasi yang luas,” ujarnya.

Bagi Satya, untuk menyongsong target energi baru terbarukan sebesar 31 persen pada 2050 di Indonesia, serta menahan temperatur global pada suhu 1,5° C. Dibutuhkan kesadaran generasi muda akan perubahan iklim.

“Mereka yang nanti akan memimpin di 2050, sedari sekarang mereka harus dibekali berbagai hal tentang transisi energi,” ucapnya.

Selain soal peran generasi muda, di hari yang sama, Tempo juga mengadakan diskusi tentang industri pertahanan yang bertajuk “Peran Pemerintah Dalam Membangun Kemandirian Serta Mendorong Industri Pertahanan Dalam Negeri”. Hadir dalam diskusi tersebut, Laksamana Madya TNI Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, Rektor Universitas Pertahanan dan Prof. Muradi, Guru Besar Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran.

Dalam konteks industri pertahanan, Amarulla sangat mengharapkan peran generasi muda. Ia menganggap, generasi muda merupakan modal besar untuk pembangunan negara. “Generasi muda yang sangat kreatif harus diarahkan ide-idenya menuju semangat nasionalis dan patriotik,” ucap Amarulla.

Senada dengan Amarulla, Muradi, melihat generasi muda secara positif. Mereka lebih aktif dalam berbagai hal. “Generasi muda hari ini mereka lebih percaya diri dan aktif, ini menjadi modal menjadi bangsa yang menonjol 2045 mendatang,” tuturnya.

Berita Lainnya