Peta Jalan Menuju Nol Emisi Karbon 2060
Pemerintah merencanakan pembangunan pembangkit geotermal dan nuklir untuk memcapai target net zero emission. #Infotempo
Iklan
Kamis, 20 Oktober 2022
38 tahun menuju net zero emission (NZE) membuat pemerintah dan seluruh stakeholder di sektor energi bersiap di institusinya masing-masing. “Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menyusun peta jalan (roadmap) menuju net zero emission supaya pada 2060 emisi gas rumah kaca bisa diturunkan menjadi net zero,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Ida Nuryatin Finahari, dalam Tempo Energy Day sesi I bertajuk Roadmap Transisi Energi Menuju NZE 2060 yang disiarkan secara langsung di Youtube Tempo Media di Jakarta, Rabu, 19 Oktober 2022.
Dalam roadmap, Kementerian ESDM menargetkan menurunkan emisi sekitar 232,2 juta ton karbondioksida atau CO2 pada 2025. Untuk tahap ini, Kementerian di antaranya melakukan pengembangan energi baru terbarukan (EBT), memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya, dan pembangkit listrik tenaga biomassa berskala kecil. Penerapan pembangkit listrik ini diteruskan hingga 2030 sehingga dapat menurunkan emisi sekitar 327,9 juta ton CO2.
Peta jalan pemerintah dilanjutkan melalui green hydrogen dari pembangkit pada 2035 untuk mencapai target menurunkan emisi sekitar 388 juta ton CO2. Untuk mencapainya, pemerintah berkomitmen untuk melakukan energy storage system secara masif pada 2034. “Kami juga akan memaksimalkan sepasang pembangkit listrik panas bumi sekitar 11 gigawatt pada 2035,” kata Ida.
Target penurunan emisi ini terus meningkat berturut-turut sebanyak 629,4 juta ton CO2 pada 2040 melalui pengadaan nuklir untuk ketenagalistrikan. Kemudian sebanyak 1.043 juta ton CO2 pada 2050, dan 1.789 juta ton CO2 pada 2060, “di mana emisi di sektor ketenagalistrikan akan mencapai nol.”
Untuk mencapai target-target ini, seluruh pemangku kepentingan sektor energi ikut berperan mendukung program pemerintah menuju NZE. PLN contohnya, memulai dengan pemetaan pembangkit-pembangkit listrik menjadi tiga scope. “Berdasarkan pemetaan ini, kami membangun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2021-2030 yang merupakan RUPTL terhijau,” kata Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN Evy Haryadi. Dia menambahkan PLN harus memenuhi target yang semula 29 persen kini menjadi 31,9 persen.
Evy juga menjelaskan sektor tenaga listrik akan menyumbang satu miliar ton CO2 pada 2060. Namun, PLN berkomitmen menurunkan sebesar 98 juta ton emisi pada 2030.
Selain itu, kata dia, dalam kondisi oversupply, PLN akan berfokus pada sektor transportasi dengan mengurangi total emisi melalui kendaraan listrik.
Selain PLN, Pertamina terus berupaya untuk mendukung pemerintah mencapai target NZE di 2060. “Dari sisi pelayanan, kami tingkatkan kualitas produk energi agar lebih efisien digunakan masyarakat sehingga lebih ramah lingkungan,” kata Vice President Pertamina Energy Institute PT Pertamina (Persero), Hery Haerudin.
Dari sisi internal, Pertamina juga akan melakukan tahapan pengembangan desain rendah karbon dan penangkapan karbon. Hery tak menampik hingga 2035-2038 proyek berbasis energi fosil masih berlanjut. “Tetap kami sediakan khususnya untuk sektor yang berkaitan dengan ekonomi yaitu industri dan logistik,” tuturnya.
Bahan bakar untuk pesawat terbang, contohnya, masih harus dipenuhi dari energi fosil hingga 20 tahun mendatang. “Namun kami lakukan improvement kualitas dan diversifikasi produk dengan teknologi low carbon,” kata Hery.
Sementara itu, dari sisi dunia usaha, Koordinator WKU III Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Shinta W. Kamdani, menyatakan dunia usaha tak hanya berperan dari sisi finasial. “Perusahaan-perusahaan harus bisa capai net zero, itu kuncinya,” ujarnya.
Tak hanya perusahaan besar, kata Shinta, perusahaan kecil dan menengah pun ikut berperan mendukung NZE. Untuk itu, Kadin sudah membentuk gugus tugas khusus untuk perusahaan-perusahaan ini berkomitmen mencapai net zero emission.
Yang tak kalah penting, seluruh tahapan ini dikonsolidasikan oleh Dewan Energi Nasional. “Untuk menjadi rujukan pemerintah,” kata anggota Dewan Energi Nasional Satya Widya Yudha.
Logo Sponsor