Memaknai Kembali "Indonesia" di Tengah Krisis Iklim
Memahami dengan memaknai kembali Indonesia lebih mendalam dinilai dapat mereduksi terjadinya krisis iklim.
Tempo
Senin, 13 Desember 2021
Kondisi global termasuk Indonesia saat ini tengah menghadapi ancaman krisis iklim. Hal tersebut menyebabkan kondisi cuaca yang terjadi belakangan ini menjadi tidak menentu.
Perubahan tersebut, baik secara langsung dan tidak langsung disebabkan oleh manusia yang salah dalam menerjemahkan pemanfaatan sumber daya alam. Karena itu, Madani Berkelanjutan berkolaborasi dengan Tempo Media Group menyelenggarakan webinar “Menjadi Indonesia: Membangun Jalan di Tengah Krisis Iklim".
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim saat memberikan sambutan dalam acara Menjadi Indonesia: Membangun Jalan di Tengah Krisis Iklim, Sabtu, 4 Desember 2021.
Topik tersebut dipilih sekaligus untuk kembali merefleksikan kembali makna Indonesia di mata aktivis, pegiat lingkungan, ekonom, sejarahwan, seniman, ilustrator, dan lainnya, yang hadir dalam memaknai Indonesia di pandangannya masing-masing.
Hari pertama dengan topik Ruang Inspirasi membahas tiga subtema di dalamnya. Pertama, subtema bertajuk “Kembali ke Akar: Mengenal Indonesia”, menjelaskan pengerukan sumber daya alam sudah lama terjadi sejak zaman kolonial dan terus berlangsung hingga kini. Bahkan, pencemaran lingkungan di ibukota Jakarta juga pernah terjadi sejak bernama Batavia dibawah pengaruh VOC.
Sejarawan JJ Rizal dalam acara Menjadi Indonesia: Membangun Jalan di Tengah Krisis Ekonomi, Sabtu, 4 Desember 2021.
Subtema kedua tentang “Belajar dari Kesalahan, Melakukan Tindakan Korektif”, seperti mengingatkan kembali bahwa bencana di Indonesia terintegrasi dalam sistem kebudayaan, baik melalui sastra hingga tradisi lisan yang terbalut dalam kearifan lokal. Dalam beberapa kasus bencana di Indonesia, kedekatan bencana yang menjadi bagian integral dari kebudayaan menyelamatkan penduduk lokal dalam amukan bencana.
Hal tersebut menunjukan eksistensi sebagian kearifan lokal tentang bencana masih bertahan hingga generasi terakhir yang perlu terus dilestarikan. Adapun, subtema ketiga tentang “Menata Harapan, Sumber Daya Alam Indonesia”, mengurai tahun emas yang diprediksikan akan terjadi pada 2045 akan menghadapi sejumlah tantangan.
Generasi muda yang memiliki kepedulian tentang krisis iklim terus berjuang menyuarakan untuk membendung kerusakan alam. Mereka yang di tahun emas tersebut akan melanjutkan kepemimpinan nasional merasa bertanggung jawab dengan kondisi alam yang nantinya akan dinikmati anak cucunya.
Hari kedua dibuka dengan Ruang Apresiasi berupa peresmian pembukaan Pameran Ilustrasi bertema "Citra dan Makna Sisi Industri Kelapa Sawit Indonesia: Antara Kehancuran Ekosistem dan Kejayaan Perkebunan". Hasil karya ilustrasi tersebut dipamerkan di Kedai Tempo, hingga 5 Januari 2022.
Aktivis Anita Wahid dalam acara Menjadi Indonesia: Membangun Jalan di Tengah Krisis Ekonomi, Sabtu, 4 Desember 2021.
Selain itu, juga diumumkan kompetisi tiga kategori seperti Tik Tok, blog, dan tulisan terfavorit yang diunggah di portal madaniberkelanjutan.id dan komitmen iklim.id. Di Ruang Kolaborasi setidaknya terdapat empat subtema yang akan secara spesifik membahas strategi kolaborasi di tengah krisis iklim.
Pertama subtema “Mindfulness di Tengah Krisis Iklim”, memaparkan keseimbangan manusia membutuhkan setidaknya kebutuhan fisik, mental, emosional, spiritual, intelektual, sosial, lingkungan, dan keuangan. Subtema kedua tentang “Teknologi dan Inovasi”, memaparkan tentang sejumlah inovasi alternatif kulit yang berasal dari tumbuhan (vegan leather), karena selama ini diidentikan dengan menggunakan kulit binatang. Padahal, proses produksi lebih boros dan tidak ramah lingkungan.
Inovasi lainnya juga ditemukan dengan memanfaatkan limbah styrofoam yang digunakan untuk instalasi rumah mikro yang dinilai lebih efisien, dengan memanfaatkan lahan sempit dan pembangunan rumah setelah terdampak bencana. Sampah styrofoam yang selama ini dinilai sulit terurai, dapat dimanfaatkan dengan baik pada jasa konstruksi.
Spirit perubahan juga dapat dilakukan dengan beragam medium maupun ekspresi. Hal tersebut dibahas secara rinci dalam subtema ketiga tentang “Seni Membawa Perubahan". Beberapa medium perubahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan medium film, ilustrasi, hingga tulisan. Meski ketiganya terekspresikan secara berbeda, namun tujuan yang dihadirkan sama yakni menyampaikan pesan kepada khalayak.
Subtema terakhir tentang “Media Kreatif untuk Kampanye Krisis Iklim”, menyodorkan anak muda agar lebih melek politik. Beberapa cara yang dilakukan generasi muda agar tidak menjadi apolitis, diantaranya seperti mengekspresikan dalam ruang digital seperti memanfaatkan media sosial TikTok, Instagram, hingga membuat podcast dan ilustrasi.
Uniknya cara-cara tersebut identik bermuatan sarkastik agar menghindarkan anak-anak muda terjerat dari Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang selama ini membelenggu kebebasan berekspresi.