Dari Guru Honorer Menjadi Rektor

Ahmad Amarullah menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang periode 2021-2025. Memulai karir sebagai guru sekolah dasar.

Tempo

Sabtu, 13 November 2021

Sebagai pengajar, Ahmad Amarullah, tak pernah mengira dirinya dapat mencapai posisi paling tinggi memimpin universitas sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT). Menjadi guru adalah pilihan profesi yang ditekuninya. Berawal sebagai guru honorer di Sekolah Dasar Muhammadiyah Tangerang pada 1989. “SD Muhammadiyah yang dekat kantor pos," ujarnya.

Keterampilan dalam mengajar diasah melalui pengajian-pengajian yang diampunya. Amarullah bercerita, dalam salah satu kesempatan, ia mengajar mengaji di masjid tidak ada muridnya karena hujan deras. Bukan malah pulang ke rumah, dia mengajar dan berceramah menggunakan pengeras suara. "Warga mengira, itu yang ngaji ramai. Padahal cuma saya," tuturnya diiringi tawa.

Tidak hanya sekolah, Amarullah juga menjadi pengajar di lima sekolah termasuk sekolah menengah pertama. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Total penghasilan bila dijumlahkan saat itu hanya Rp 87 ribu,” ujarnya.

Amarullah mengaku uang yang diperolahnya hanya cukup untuk membayar rumah kontrakan. Beli susu anak harus utang,” ucapnya.

Mantan Ketua Cabang Muhammadiyah Tangerang ini kemudian mengikuti tes calon pegawai negeri sipil dan lulus. Pada 1998, dia diangkat sebagai pegawai negeri sipil dan ditempatkan sebagai guru di Bayah, Lebak, Banten.

Masyarakat di Bayah menyambut hangat kehadiran Amarullah sebagai guru di wilayah pedesaan ini. Pada saat pulang mengajar, ada saja warga yang menyapa dan mengajak mampir ke rumahnya. “Ada juga yang menawari makan,” tuturnya. 

Kiprah Amarullah di Muhammadiyah sejak masih menjadi pelajar dalam Pelajar Muhammadiyah (IPM). Kemudian menjadi Ketua IPM Ranting Tanahtinggi pada 1982. Pada 1989, dia menjadi Ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah Daerah Tangerang dan Ketua Pemuda Muhammadiyah Wilayah Banten pada 2002.

Di bidang pendidikan, dia mengaku sangat dekat dengan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang, Achmad Badawi. Mereka berdua ikut mengembangkan dua sekolah tinggi Muhammadiyah menjadi universitas. “Pak Badawi adalah mentor yang sangat baik dan cerdas,” ujarnya.

Dia mengaku membantu Badawi mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muhammadiyah pada 1992-1993. Bahkan selama proses pendirikan, Amarullah sering pulang larut. “Ketika saya pulang, istri menangis memeluk saya dan bilang urusin saja Muhammadiyah,” kata Amarullah mengenang.

Amarullah dan Badawi terus bekerja sama mengembangkan dan membangun pendidikan tinggi Muhammadiyah di Tangerang. Sebagai mentor, Badawi banyak memberikan pengalamannya dalam pendidikan dan pengajaran.

Begitupala ketika Badawi menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang, Amarullah turut mendampingi sebagai salah satu wakil rektor. Tak heran tongkat estafet kepemimpin rektor dilanjutkan Amarullah ketika Badawi meninggal pada 2019.

Amarullah terpilih secara aklamasi dalam melanjutkan masa jabatan Badawi hingga 2021 dan kembali menjadi rektor periode 2021-2025.

Menjadi pimpinan tertinggi universitas tak pernah terbayangkan dalam hidup Amarrullah. Ketika muda, ia hanya bercita-cita menjadi guru dan mempunyai usaha bimbingan belajar. "Mungkin karena pengalaman dan upaya saya dahulu, saya bisa menjadi rektor," tuturnya. 

Berita Lainnya