BAZNAS Dukung Berhenti Merokok untuk Kesehatan Paru
Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbanyak di ASEAN yakni 65,19 juta orang.
Tempo
Senin, 7 Juni 2021
Rokok sampai saat ini masih menjadi permasalahan di Indonesia. Bahkan bukannya berkurang, jumlah perokok justru terus meningkat setiap tahunnya. Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) berjudul The Tobacco Control Atlas, Asean Region, menunjukkan Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbanyak di ASEAN, yakni 65,19 juta orang. Angka tersebut setara 34 persen dari total penduduk Indonesia.
Dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau sedunia, Rumah Sehat BAZNAS menyelenggarakan webinar dengan tema Berhenti Merokok untuk Kesehatan Paru. Materi Tips Berhenti Merokok dipaparkan Yayi Suryo Prabandari, Koordinator Quit Tobacco Indonesia, sekaligus sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gajah Mada.
Dia menjelaskan bahwa kampanye bebas asap rokok ke masyarakat bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk menurunkan angka perokok di Indonesia. Pada dasarnya perusahaan rokok telah memodifikasi produk rokoknya agar menimbulkan efek candu yang lebih cepat pada perokok pemula, dan sasarannya adalah anak-anak atau remaja.
Yayi menuturkan pengendalian perilaku merokok perlu dikuatkan melalui konseling singkat dengan pedoman 5A (ask, advice, assess, assist, dan arrange). Layanan ini bisa diterapkan baik di dalam layanan kesehatan maupun di dalam masyarakat langsung oleh konselor kepada pasien/perokok.
Intervensi untuk perokok yang belum ingin berhenti dapat dilakukan dengan cara mendiskusikan dampak rokok bagi kesehatan diri sendiri maupun keluarga. Kemudian bagaimana keuntungan dari berhenti merokok serta mendiskusikan tantangan yang dihadapi apabila berhenti merokok. Yayi mengatakan lakukan pemantauan dan pendampingan terus menerus hingga terlihat perubahan perilaku untuk berhenti merokok.
Yayi menekankan bahwa perubahan perilaku pada seseorang untuk berhenti merokok membutuhkan kesiapan, keinginan dan kemampuan untuk berubah. Karena menurutnya ukuran seseorang sudah berhasil menjadi non-perokok apabila mampu bertahan minimal 1 tahun tidak merokok.
“Berhenti merokok menjadi salah satu solusi menurunkan prevalensi merokok. Akan tetapi perlu pemahaman dan cara yang benar agar berhenti merokok dapat diterapkan dengan efektif,” kata Yayi.