Lebaran Tanpa Mudik Ketua Dewan Komisioner OJK

Wimboh menggelar salat Idul Fitri di rumah bersama anggota keluarga dan staf.

Tempo

Minggu, 16 Mei 2021

Jakarta - Bulan Ramadan bagi Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso adalah momentum untuk semakin meningkatkan ibadah, sekaligus tetap produktif. Pasalnya, sebagai sebagai pimpinan lembaga yang punya peran strategis dalam menjaga, serta mendorong perekonomian nasional menjadi keharusan guna menjaga optimisme dalam diri.

Pada akhir pekan, saat tidak ada jadwal dinas keluar Jakarta, Wimboh berusaha untuk melakukan buka puasa di rumah bersama keluarga. Ia selalu menanti masakan istri tercinta untuk disantap. Soal makanan berbuka, ketua otoritas ini pun tidak neko-neko, menu tergantung suasana hati saat itu pasti dilahapnya.  “Bandeng goreng plus sambal tomat paling sering dihidangkan untuk buka puasa,” katanya.

Keimanan, kesederhanaan, serta kerja keras jadi pegangan hidup bagi pria kelahiran Boyolali, 64 tahun lalu ini. Menjalani ibadah Ramadan di masa pandemi Covid-19, Wimboh tetap melakukan kesibukan sebagai Ketua Dewan Komisioner OJK seperti biasa. Selama dua tahun masa pagebluk berjalan, hampir seluruh kegiatan Wimboh tetap dikerjakan dari kantor dengan ruang kerja yang steril dari pengunjung dan pegawai, serta dikontrol secara berkala.

Sesekali Wimboh juga mengikuti acara berbuka puasa secara terbatas di masjid yang berada di lingkungan kantor OJK bersama pegawai dengan menerapkan protokol kesehatan.  Namun sesudah ikut berbuka, beliau pasti pulang untuk menyempatkan diri bisa melakukan sholat Tarawih bersama keluarga di rumah.

Dalam menjaga kebugaran saat usia lebih dari setengah abad, Wimboh mengungkapkan, saat makan sahur hanya menyantap sepiring sereal dan minum banyak air putih. Kemudian untuk olahraganya, ia rutin berlari di mesin lari statis  selama 40 menit di pagi hari sebelum menuju kantor.

Saat Lebaran tiba, mengikuti kebijakan Pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid 19 jadi suatu keharusan. Wimboh pun harus berbesar hati untuk menahan kerinduannya tidak berlebaran dengan ibunda tercinta di kampung halaman di Boyolali, Jawa Tengah.

“Sudah dua tahun ini tidak pulang kampung, meskipun sudah menjadi tradisi masyarakat kita untuk bermaafan kepada orang tua dan handai taulan. Tahun lalu dan kali ini meski kangen hanya bisa Lebaran dari jauh melalui video conference bersama ibunda tercinta dan keluarga,” ujar Wimboh.

Seperti Lebaran tahun lalu, salat id Idul fitri kali ini digelar di rumah. Wimboh pun menjadi imam untuk keluarga termasuk anak, cucu, staf pengamanan, serta asisten di rumahnya.

Selesai salat, makanan Lebaran hasil masakan istri sudah tersaji di atas meja makan. Sekeluarga pun menyantap hidangan itu tanpa ada yang dilewatkan. “Ketupat, sambal goreng kentang yang ada petainya, opor ayam dan sayur lodeh pepaya plus kerupuk adalah sajian wajib di hari raya ini,” kata Wimboh.

Menu sederhana ala kampung itu, menurut Wimboh adalah resep dari ibundanya yang kini diwariskan kepada istrinya. Menu makanan Lebaran ini selalu sama dimanapun Wimboh berada, baik selama masa sekolah dan bekerja di Amerika Serikat dan Inggris, hingga bertugas kembali ke Tanah Air.

Dalam kegembiraan Hari Raya, Wimboh bersama keluarga sejak Ramadan tidak lupa untuk selalu berbagi sedekah kepada masyarakat membutuhkan. Guna membantu sesama, mereka pun menyediakan nasi lengkap dengan lauk-pauk yang dikemas ke dalam kotak. Hidangan yang disiapkan cukup banyak, ada 70 kotak setiap harinya, dan selalu habis selama 30 menit.

Ramadan dan Lebaran adalah momen terindah bagi Wimboh, karena dengan momen terbaik ini dapat menjadi insan yang berusaha jadi yang terbaik dalam mengejar kebaikan.

 

 

 

 

Berita Lainnya