Perempuan

Heri Priyatmoko,
Sejarawan Kota Solo

Beberapa serpihan data perihal perempuan Indonesia telah ada sedari dulu. Prasasti kuno, relief candi, dan legenda rakyat merekam kaum Hawa berikut kiprahnya. Contohnya dalam folklore, muncul penafsiran ilmiah yang memuliakan kedudukan wanita. Mereka dianggap sebagai sumber kehidupan, seperti Dewi Sri (Jawa) dan Sri Pohadi (Sunda).

Kemudian, Martha Christina Tiahahu, Tjut Nyak Dien, Nyi Ageng Serang, Kartini, Dewi Sartika, dan Rasuna Said adalah nama-nama yang akrab di kuping penyimak riwayat historis pergerakan wanita di Tanah Air. Penyebutan sederet tokoh ini menegaskan bahwa perempuan tak selalu kemayu, sibuk bersolek, serta berjiwa lemah. Kendati dalam struktur sosial-budaya mereka tersubordinasi, nyatanya punya andil tidak seupil bagi perjuangan bangsa melawan kolonialisme.

Minggu, 22 Desember 2013

Heri Priyatmoko,
Sejarawan Kota Solo

Beberapa serpihan data perihal perempuan Indonesia telah ada sedari dulu. Prasasti kuno, relief candi, dan legenda rakyat merekam kaum Hawa berikut kiprahnya. Contohnya dalam folklore, muncul penafsiran ilmiah yang memuliakan kedudukan wanita. Mereka dianggap sebagai sumber kehidupan, seperti Dewi Sri (Jawa) dan Sri Pohadi (Sunda).

Kemudian, Martha Christina Tiahahu, Tjut Nyak Dien, Nyi Ageng Serang, Kartini

...

Berita Lainnya