Guru Miskin Buku

Setyaningsih,
Bergiat di Pengajian Selasa Siang dan Bilik Literasi Solo

Seandainya setiap guru adalah pembaca buku atau pendongeng, betapa bahagianya anak-anak yang memiliki sejarah duduk di bangku sekolah. Setiap hari menjadi petualangan penuh emosionalitas. Hari-hari dipenuhi aksara yang bertebaran melukiskan pedesaan, binatang, pepohonan, kebun, dan rerumputan. Setiap kali kembali ke rumah, anak bahagia membayangkan cerita yang dibacakan gurunya. Bahkan, jika suasana rumah terlengkapi dengan cerita-cerita lain dari orang tua. Sungguh, anak yang juga adalah seorang murid akan mendapatkan bagian hidupnya yang tidak terlupakan.

Guru harus menyemai buku dan membaca. Tentu ini bukan masalah nilai bagus, naik kelas, atau persiapan menghadapi ujian. Jika begitu, guru tidak ada bedanya dengan pemerintah yang mengharuskan buku pelajaran sesuai dengan kurikulum sebagai konsumsi dan bukan pada buku yang menyemai hasrat membaca bergelimang imajinasi. Namun sepertinya akan sulit mengajak guru untuk berpikir melampaui itu, jika kita hari ini melihat ternyata buku bukan santapan guru dan membaca bukan peristiwa keseharian.

Minggu, 27 Oktober 2013

Setyaningsih,
Bergiat di Pengajian Selasa Siang dan Bilik Literasi Solo

Seandainya setiap guru adalah pembaca buku atau pendongeng, betapa bahagianya anak-anak yang memiliki sejarah duduk di bangku sekolah. Setiap hari menjadi petualangan penuh emosionalitas. Hari-hari dipenuhi aksara yang bertebaran melukiskan pedesaan, binatang, pepohonan, kebun, dan rerumputan. Setiap kali kembali ke rumah, anak bahagia membayangkan cerita yang dibacakan gurun

...

Berita Lainnya