Berkaca dari Krisis di Mesir

Terlalu mahal harga yang harus dibayar Mesir untuk sebuah demokrasi. Dua tahun lalu ratusan orang tewas dalam revolusi 18 hari menurunkan Presiden Husni Mubarak, yang telah berkuasa lebih dari 30 tahun. Mereka ingin menegakkan demokrasi. Kini, korban dalam jumlah hampir sama kembali jatuh, justru untuk menjauh dari cita-cita demokrasi. Kudeta yang dilakukan militer terhadap Presiden Muhammad Mursi, yang terpilih melalui pemilu, tak bisa diterima akal sehat, walau mereka berdalih hal itu demi menyelamatkan demokrasi.

Di negeri itu, kehendak rakyat yang dimanifestasikan melalui kotak suara telah berbelok arah. Ia telah berubah menjadi pemaksaan kehendak melalui aksi jalanan dan kekuatan senjata. Mursi pun ditangkap. Akibatnya sungguh mengerikan. Kubu pendukung Mursi yang kecewa akhirnya turun ke jalan berhadapan-hadapan dengan militer dan massa pendukungnya. Negara yang selama ini dikenal sebagai lokomotif perdamaian di Timur Tengah itu berada di ambang perang saudara.

Kamis, 1 Agustus 2013

Terlalu mahal harga yang harus dibayar Mesir untuk sebuah demokrasi. Dua tahun lalu ratusan orang tewas dalam revolusi 18 hari menurunkan Presiden Husni Mubarak, yang telah berkuasa lebih dari 30 tahun. Mereka ingin menegakkan demokrasi. Kini, korban dalam jumlah hampir sama kembali jatuh, justru untuk menjauh dari cita-cita demokrasi. Kudeta yang dilakukan militer terhadap Presiden Muhammad Mursi, yang terpilih melalui pemilu, tak bisa diterima

...

Berita Lainnya