Tertimbun Pesan di Grup WhatsApp
Dengan maksimal 1.024 peserta, grup WhatsApp bisa memunculkan masalah bagi penggunanya. Peneliti Australia menawarkan solusinya.
Tempo
Rabu, 20 Desember 2023
Bagi kebanyakan kita, obrolan grup merupakan bagian dari tekstur kehidupan sosial. Kelompok-kelompok ini, yang dibentuk melalui aplikasi seperti Messenger atau WhatsApp, bisa beranggotakan ratusan atau hanya tiga orang.
Kita menggunakannya untuk mengatur tugas atau acara yang dilakukan sekali jalan, mengelola koordinasi berulang antar-anggota kelompok, seperti klub olahraga ataupun tim kerja, serta menjaga silaturahmi dengan keluarga dan teman.
Dalam kasus terbaik, obrolan grup menciptakan ruang penting untuk membangun dan memelihara hubungan. Mereka bisa menjadi tempat kegembiraan, solidaritas, dan perlindungan. Namun hal ini juga bisa menjadi beban serta menimbulkan perasaan cemas dan khawatir.
Penelitian saya menemukan tiga masalah terbesar dalam dinamika obrolan grup.
1. Kamu kewalahan dengan banyaknya pesan
Volume pesan dan notifikasi yang dihasilkan oleh obrolan grup bisa sangat besar. Dalam penelitian saya, seorang peserta teringat bahwa ia tidak sengaja meninggalkan ponselnya di rumah. Ketika kembali, ia mendapati telah melewatkan 200 pesan dalam obrolan grup tentang pembelian hadiah ulang tahun.
Peserta lain menjelaskan bahwa obrolan grup mereka yang paling aktif dimulai pada pukul 08.00 dan tidak berhenti hingga pukul 01.00. Survei baru-baru ini terhadap masyarakat di Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan bahwa ini adalah masalah umum. Sebanyak 40 persen responden menyatakan bahwa mereka kewalahan atas pesan obrolan grup berikut pemberitahuannya. Ini belum dihitung notifikasi lain dari e-mail, media sosial, kalender, aplikasi berita, dan sebagainya.
Ilustrasi pengguna menunjukkan notifikasi pesan masuk grup whatsapp pada layar ponsel. Tempo/Bintari Rahmanita
Orang sering kali mengatasi hal ini dengan membisukan obrolan grup. Namun hal ini bisa berarti kehilangan informasi penting atau rencana untuk bertemu, atau harus masuk dan keluar dari obrolan grup untuk memeriksa percakapan yang relevan.
Orang-orang juga merasakan bahwa kekacauan dalam percakapan obrolan grup sangat membebani. Dalam kelompok besar, beberapa percakapan dapat terjadi secara bersamaan sehingga sulit untuk melacak apa yang sedang didiskusikan atau direncanakan.
Masalah ini dapat membuat obrolan grup menjadi tidak efektif untuk menyelesaikan tugas yang telah mereka siapkan. Terutama dalam kelompok kenalan yang besar, perencanaan dapat berubah menjadi kekacauan pendapat, alternatif, dan percakapan sampingan.
Salah satu peserta dalam penelitian saya bercerita bagaimana obrolan grup tentang hadiah ulang tahun dialihkan oleh dua orang yang asyik mengobrol tentang hal lain. Peserta lainnya menceritakan sebuah obrolan grup beranggotakan 20 orang yang mencoba mengadakan makan malam sederhana, tapi malah berujung bencana. Alih-alih menyepakati siapa membawa apa, percakapan malah berubah menjadi perdebatan tentang apakah makanan seadanya adalah ide yang buruk, dengan satu orang berkeras bahwa katering profesional akan lebih mempertimbangkan kebutuhan makanan.
2. Kamu tidak ingin berada di sana, tapi tidak bisa pergi
Tantangan lain yang mungkin lebih signifikan adalah dinamika sosial yang sulit atau rasa canggung yang mungkin timbul. Kemudahan dalam membuat grup dan menambah jumlah anggota berarti seseorang dapat dimasukkan dalam grup tanpa persetujuannya.
Dalam satu contoh, seorang perempuan ditambahkan ke grup untuk mengatur hadiah bersama untuk seorang kolega. Dia lebih suka untuk tidak menyumbang, tapi merasa terlalu canggung untuk meninggalkan grup.
Dinamika yang menantang juga dapat muncul ketika hubungan berubah setelah obrolan grup terjalin. Salah satu peserta bercerita tentang obrolan grup yang dimulai oleh empat teman dekat ketika mereka mulai kuliah. Setahun kemudian, satu orang menjauh dan menjadi lebih diam dalam obrolan grup, meskipun tiga orang lainnya masih menggunakannya untuk mengobrol dan mengatur pertemuan. Peserta menganggap dinamika ini sangat canggung. Walhasil, ia menjadi berhati-hati saat memulai obrolan grup.
Peserta lain menggambarkan perasaan terjebak dalam obrolan grup yang ingin mereka tinggalkan. Pemberitahuan blak-blakan “x telah meninggalkan grup” membuat mereka enggan untuk keluar secara resmi, tapi mengabaikan grup juga membuat mereka merasa tidak nyaman.
Tantangan ini banyak berasal dari keanggotaan obrolan grup yang kaku—baik kamu ikut atau tidak—yang tidak selalu selaras dengan kerumitan hubungan kita. Tantangan-tantangan ini juga dapat diperburuk oleh etika sosial yang tidak jelas atau kontroversial seputar lalu lintas pesan grup.
Ilustrasi seorang wanita menggunakan ponsel untuk bersosial media. UNSPLASH
3. Kamu merasa dikucilkan
Masalah yang paling sulit muncul ketika proses pengucilan sosial terjadi dalam obrolan grup. Grup "saluran belakang" dapat muncul, yang di dalamnya beberapa anggota grup membuat grup baru untuk berkomunikasi secara pribadi tentang apa yang terjadi di obrolan utama. Dalam kasus yang paling dramatis, orang-orang dapat dikeluarkan dari grup karena perbedaan pendapat atau karena seseorang merasa obrolan grup menjadi terlalu besar.
Penelitian menunjukkan bahwa didepaknya seseorang dari suatu grup jarang terjadi. Sebagian besar terjadi ketika suatu hubungan telah berakhir. Namun usaha menebak-nebak apakah kamu dikucilkan dari obrolan grup dapat menimbulkan kecemasan. Ini terutama karena kamu dapat ketinggalan gosip dan video lucu, tapi juga rencana anggota grup untuk bertemu langsung.
Apa yang bisa dilakukan?
Sebenarnya, hubungan kita satu sama lain bisa jadi sudah aneh, canggung, dan berantakan. Obrolan grup hanya mencerminkan realitas sosial ini, tapi dengan tambahan kerumitan teknologi.
Secara umum, penelitian menunjukkan bahwa grup chat yang paling disukai orang adalah grup kecil dengan teman dekat. Jadi, hingga desain aplikasi membaik dan kita bersama-sama menemukan etika untuk momen obrolan grup yang canggung, pilihan terbaikmu adalah:
- Gunakan obrolan grup dengan segelintir orang yang saling mengenal, atau yang kamu yakini akan cocok.
- Temukan cara lain untuk mengatur potluck. Gunakan bentuk organisasi lain untuk acara yang lebih kompleks atau dengan kelompok yang lebih besar—undangan, acara Facebook, atau pesan teks empat mata.
- Bisukan obrolan jika kamu kesulitan atau tidak begitu tertarik. Pembisuan notifikasi adalah hal biasa dan semakin diharapkan. Jika obrolan sering digunakan untuk mengatur hal-hal yang tidak ingin kamu lewatkan, beri tahu seseorang di grup agar mereka dapat mengabarimu atau buatlah rutinitas mengecek.
- Jika kamu merasa aneh dengan dinamika sosial obrolan grup, sampaikan hal tersebut kepada anggota grup yang paling kamu kenal. Kita bisa saja banyak berasumsi tentang perilaku berkirim pesan orang lain. Tapi kurangnya isyarat sosial tambahan juga berarti asumsi kita bisa saja salah. Orang itu mungkin tidak menghindarimu—dia mungkin hanya membisukan obrolannya!
---
Artikel ini ditulis oleh Kate Mannell, peneliti digital Deakin University, Australia. Terbit pertama kali di The Conversation.