Arline

Wendoko

MERAH. Aku tahu kau menyukai merah. Seperti merah pada gaun di etalase itu.

Merah.

Dengan gaun merah, kau datang ke acara dansa. Kawan-kawan mulai berbisik, dan aku melihatmu. Kau masuk ke ruangan dengan langkah-langkah yang anggun. Kau sungguh cantik! Rambutmu mengombak dan melebar di bahu. Alis matamu tebal. Hidungmu lancip, tapi tak selancip hidungku, dan wajahmu bulat. Tetapi yang paling kusuka adalah lesung di kedua pipimu-lekukan kecil yang muncul meski kau hanya tersenyum.

Merah.

Kita masih di sekolah menengah waktu itu.

Lalu, setelah acara dansa dimulai, aku berkata pada seorang kawan bahwa aku ingin berdansa denganmu. Kawan ini mulanya terbahak-bahak. Lalu ia mendekatimu dan mengajak berdansa. Setelah satu lagu, kawan-kawan yang lain mendorongku ke arahmu. Akhirnya kita memang berdansa, malam itu. Tapi hanya satu lagu, karena ketika itu pacarmu sudah menunggu.

Minggu, 26 Mei 2013

Wendoko

MERAH. Aku tahu kau menyukai merah. Seperti merah pada gaun di etalase itu.

Merah.

Dengan gaun merah, kau datang ke acara dansa. Kawan-kawan mulai berbisik, dan aku melihatmu. Kau masuk ke ruangan dengan langkah-langkah yang anggun. Kau sungguh cantik! Rambutmu mengombak dan melebar di bahu. Alis matamu tebal. Hidungmu lancip, tapi tak selancip hidungku, dan wajahmu bulat. Tetapi yang paling kusuka adalah lesung di kedua pipimu-lekukan

...

Berita Lainnya