Tarawengkal

Minggu, 20 Februari 2011

  • Niduparas Erlang

    TARAWENGKAL seukuran pantat gelas belimbing itu telah serupa bara kayu rambutan yang membakarnya. Merah menyala. Seperti cabe matang di pohon. Namun Durahim masih terus membolak-baliknya dengan penjepit dari pelepah kelapa yang dibelah dua, seperti ketika ia membakar terasi untuk membuat sambal. Ah, sambal. Sudah hampir seminggu Durahim tidak makan dengan sambal, meski tetap makan dengan lalapan. Hambar memang, tapi apa boleh buat

  • ...

    Berita Lainnya