Senayan, pukul 05.00. Udara dingin menggigit. Matahari entah di mana. Tapi di pagi yang masih berembun itu, serombongan manusia seperti tak henti-hentinya mengalir ke kawasan stadion Tenis Indoor, Senayan, Jakarta. Ketika hari beranjak siang, jumlah mereka pun semakin banyak. Keringat mulai mengucur deras. Namun, tak seorang pun yang peduli. Jangan salah, mereka sama sekali tak berniat menonton pertandingan tenis. Wajah-wajah penuh harapan itu da...