Roro Mendut
Minggu, 24 Februari 2008
Penulis: Ajip RosidiPenerbit: NuansaCetakan: V, Januari 2008Roro Mendut berdiri kaku, wajahnya tertunduk. Debaran jantungnya seperti hendak memecahkan dinding dadanya. Tidak tahu apa yang hendak dilakukannya. Segala angannya telah berdiri di depan matanya. Segala impiannya jadi kenyataan. Pronocitro berdiri dalam taram-temaram sinar pelita, dengan ketampanan yang meluluhkan hati. Tapi ia sendiri tak kuasa berbuat apa-apa, kendati menggerakkan lid...