Monolog dengan Setan

Sebuah surat ditulis Putu Wijaya kepada penguasa neraka.

Sabtu, 12 November 2005

Jakarta - Kentongan terdengar dipukul bertalu-talu. Menandakan gonjang-ganjing panjang yang tidak ada ujung dan simpulnya. Bencana terus mengalir, bak air bah yang tidak terbendung. Tanpa seorang pun bisa mencegah. Permainan lampu tembak dari belakang menembus bentangan kain putih memperlihatkan siluet manusia yang terus bergerak liar dengan balutan lampu menyala.

Kehebohan itu membuka pementasan monolog Putu Wijaya berjudul Surat kepada Setan di

...

Berita Lainnya