Bila Kemanusiaan Hanya Menjadi Balon

Bencana demi bencana itu bagaikan udara yang memenuhi balon untuk mempertontonkan keagungannya.

Selasa, 5 April 2005

SOLO -- Balon-balon itu ada di mana-mana. Bertebaran di sekelilingnya, tumbuh di tubuhnya, tergelantung di atas kepalanya. Balon-balon kecil "disulap" dari tangannya menggelembung, terbang, dan menguap. Belum cukup, di belakang, layar putih memantulkan potongan-potongan film pun memunculkan balon. Warna balon yang dipilih menyiratkan dua sisi yang berbeda, hitam dan putih. Dalam dekapan sang aktor yang berlumuran darah, balon besar mengeluarkan bun...

Berita Lainnya