Tjak S. Parlan
Nyaris saban hari, aku melewati gang
sempit ini. Sepedaku yang muram, merayap
di antara rumah-rumah yang nyaris tanpa
halaman, tanpa harapan.
Orang-orang menatapku selepas
menyesap kopi sasetnya yang encer.
Dari mulut mereka yang panas, mengepul
tugas-tugas hidup yang ganas:
cepatlah, cepat sedikit
atau mampus sendirian terhimpit
mimpi para urban yang kalah
dan malas.
Lantas aku bergegas.
Dengan sepedaku yang tak bisa
menjangkau dunia,
ak
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini