maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Belum Memiliki Akun Daftar di Sini
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Serangan Covid-19 gelombang ketiga sudah di depan mata. Kasus terinfeksi secara nasional telah melewati 18 ribu orang per hari. Padahal, awal Januari lalu, pertambahan kasus per hari tidak sampai 10 ribu. Pemerintah bersiaga menghadapi serangan varian Omicron yang puncaknya diperkirakan terjadi pada akhir Februari. Tapi rumah sakit hanya disiapkan bagi pasien bergejala berat. Sedangkan pasien bergejala ringan diminta menjalani isolasi mandiri.
Pemerintah Provinsi Jakarta mulai menemukan kasus positif Covid-19 di lingkungan perkantoran. Akan tetapi dua potensi kluster perkantoran ini justru berada di lingkungan pemerintahan, yaitu kantor Suku Dinas Tata Ruang dan kantor Kelurahan Gondangdia, Jakarta Pusat. Selain itu, Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta melakukan tes usap massal setelah ditemukan enam kasus positif pada pekerjanya.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyebutkan 67 kasus positif di 39 sekolah berasal dari penularan di keluarga atau komunitas luar lembaga pendidikan. DKI memperketat pelaksanaan pendidikan secara tatap muka dengan meningkatkan pengawasan pelaksanaan protokol kesehatan di sekolah.
Dengan adanya Omicron ini, RSPI Sulianto Saroso menyatakan tetap bersiaga lagi. Isolasi mandiri bisa di rumah saja, terutama mereka yang tanpa gejala atau bergejala ringan. Berikut wawancara Tempo dengan Direktur Utama RSPI Sulianto Saroso, Mohammad Syahril.
Sejumlah pihak mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghentikan sementara pelaksanaan sekolah tatap muka 100 persen. Musababnya, kenaikan angka kasus harian Covid-19 dan ancaman transmisi lokal Omicron membahayakan warga sekolah. Sementara itu, ada juga pihak yang mendukung sekolah tatap muka tetap berjalan dengan alasan tingkat vaksinasi guru dan murid sudah tinggi serta penerapan protokol kesehatan ketat.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.