Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menuai sorotan karena dianggap lalai dalam mengawasi peredaran obat sirop anak. Lembaga ini baru meneliti kandungan obat setelah angka kasus gangguan gagal ginjal akut pada anak melonjak. Produsen obat terancam jerat pidana.

Indikasi pidana muncul dari hasil penelusuran penyakit gagal ginjal akut pada anak. Penyebab gangguan fungsi ginjal harus diketahui lebih dulu sebelum melangkah ke ranah hukum.

Semua negara di dunia mempunyai lembaga pengawas obat yang serupa dengan BPOM. Di Amerika Serikat, ada FDA yang melarang penggunaan etilena glikol dan dietilena glikol pada obat sejak 1938.

Munculnya kasus gagal ginjal akut menunjukkan lemahnya pengawasan pemerintah terhadap produk obat-obatan. Pemerintah baru bertindak setelah jatuh korban.

Penelusuran kasus gagal ginjal akut pada anak makin mengerucut. Tiga produk obat sirop mengandung konsentrasi etilena glikol (EG) dan dietilena glikol (DEG) yang sangat tinggi.

Kapasitas ruang perawatan khusus bagi anak penderita gagal ginjal akut masih terbatas. Pemerintah daerah perlu segera menambah fasilitas agar seluruh pasien bisa ditangani.

Data kasus gagal ginjal akut pada anak sangat dibutuhkan untuk menentukan langkah-langkah penanganan. Data yang dimiliki pemerintah pusat berbeda dengan data pemerintah daerah.

Sejumlah kalangan mendesak pemerintah segera menetapkan status kejadian luar biasa untuk menangani penyakit gagal ginjal akut pada anak. Desakan itu muncul di tengah persebaran kasus yang kini melonjak dua kali lipat dibanding bulan lalu. Butuh studi epidemiologi untuk mencari penyebab utama penyakit ini.   

Pemerintah layak mempertimbangkan status KLB, karena jumlah kasus gagal ginjal pada anak terus meningkat. Status KLB lazim dijalankan untuk penanganan penyakit menular.