Stigma Masih Mendera Mereka
Stigma masih mendera masyarakat adat. Antropolog dari Universitas Diponegoro, Adi Prasetijo, menilai sejarah pada masa lalu yang melekat serta ketertinggalan ekonomi dan pembangunan menjadi alasan adanya stigma pada mereka.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Sri Tiawati tidak terima bila temannya menggunakan kata “Punan” sebagai bahan ejekan. Tak jarang ia memukul temannya karena ejekan itu.
Punan adalah salah satu rumpun suku Dayak yang tersebar di Kalimantan. Selama bertahun-tahun, masyarakat adat Punan kerap menerima stigmatisasi. Mereka dianggap orang yang katrok atau kampungan, jorok, kotor, dan bodoh. “Stigma ini sudah mendarah-dagin
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini