Homepage
  • login/register
  • Home
  • Berita Utama
  • Editorial
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Internasional
  • Olahraga
  • Sains
  • Seni
  • Gaya Hidup
  • Info Tempo

koran tempo

11
Januari
2020
Dukung Independensi Tempo
  • Home
  • Berita Utama
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Sains
  • Editorial
  • Opini
  • Info Tempo
  • Cari Angin
SebelumnyaTopik 2/2 Selanjutnya
Topik

Hikayat Para Penyelamat Ular

Dua bulan terakhir, berita "invasi" ular ke permukiman warga marak di mana-mana. Semakin sempitnya ruang gerak ular akibat pembangunan permukiman membuat persinggungan antara manusia dan hewan melata ini semakin sering terjadi. Di tengah "konflik" itu, hadir orang-orang yang menjadi juru selamat bagi para ular.

Edisi, 11 Januari 2020
Profile
Tempo
Hikayat Para Penyelamat Ular

Albiansyah sudah tak bisa lagi mengingat berapa banyak ia menyelamatkan ular dari rumah warga sepanjang paruh kedua tahun lalu. "Banyak banget, puluhan kali, lah," kata pria 32 tahun ini kepada Tempo, Kamis lalu. Albi-begitu ia biasa dipanggil-tak mengingat berapa ratus ekor ular sudah ia tangkap, baik dalam keadaan hidup maupun mati, selama periode itu. "Hampir tiap hari ada laporan."

Anggota staf marketing sebuah perusahaan swasta di Bandung ini sebetulnya bukan pawang ular profesional. Tapi, di sela pekerjaannya, Albi kerap mendapat "panggilan" dari orang yang rumah atau kantornya dimasuki ular. Jika lokasinya dekat dari tempat ia bekerja atau rumahnya di kawasan Antapani, Bandung, Albi akan segera berangkat menuju lokasi. Lengkap dengan alat-alat seperti tongkat penjepit ular, sarung tangan, kacamata, dan karung untuk membawa ular.

Pengurus Yayasan Ular Indonesia (Sioux) Bandung, Albiansyah, melepas-liarkan ular hijau ekor merah (Trimeresurus albolabris).

Laporan-laporan temuan ular semacam itu selalu disambut dengan semangat oleh Albi. Ular memang passion ayah satu anak ini sejak dulu. Bermula sebagai pehobi yang gemar memelihara hewan-hewan eksotis dan reptil sekitar satu dasawarsa lalu, kini ia menjadi aktivis yang kerap menyelamatkan ular yang "masuk" ke rumah, pabrik, atau perkantoran di sekitar Bandung. "Kalau dulu semangatnya memelihara ular, sekarang lebih ke konservasi," kata dia.

W251bGwsIjIwMjEtMDQtMTIgMDE6NDA6NDciXQ

Albi, yang kini aktif menjadi pengurus Yayasan Ular Indonesia (Sioux) cabang Bandung, berpandangan bahwa ular liar adalah satu kesatuan dalam ekosistem yang punya peran penting dalam keseimbangan alam. "Jadi, seharusnya ular jangan dimusuhi atau bahkan dibunuh."

Pertengahan hingga akhir 2019, menurut Albi, adalah anomali dalam siklus kemunculan ular. Laporan temuan ular di rumah warga belakangan sangat banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Di Bandung, jumlah temuan ular yang dilaporkan melalui Dinas Pemadam Kebakaran setempat meningkat tiga kali lipat dibanding tahun lalu yang hanya di bawah 10 kasus.

Sioux memberikan simulasi penanganan pertama pada korban gigitan ular berbisa

Di wilayah Jabodetabek, menurut laporan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada Desember lalu ada 82 kasus temuan ular dengan mayoritas spesies ular sendok Jawa atau kobra Jawa (Naja sputatrix).

Ahli reptil atau herpetologi dari Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, I.G.A. Ayu Ratna Puspitasari, menjelaskan bahwa fenomena ini diduga terkait dengan dimulainya musim hujan, yang merupakan masa telur ular menetas. Penyebab lain ular masuk rumah warga adalah berkurangnya habitat asli satwa itu di alam. "Ular akan mencari habitat lain yang lebih hangat. Sayangnya, biasanya itu adalah permukiman warga," kata Ayu seperti dikutip dari Antara.

Sahabat Reptil Bekasi mengedukasi pengenalan ular kepada siswa di Jakarta.

Ular, kata dia, sebenarnya merupakan predator alami tikus, sehingga ia sering ditemukan di area persawahan atau kebun, dan hidup di dalam lubang-lubang yang dibuat tikus. "Namun, beberapa tahun terakhir, banyak sawah dan kebun telah berubah fungsi menjadi perumahan, sehingga ular jadi banyak ditemukan, bahkan bersarang, di area permukiman warga."

Ayu berpendapat maraknya temuan ular, terutama kobra, di beberapa daerah belakangan ini tidak tepat jika dikatakan sebagai fenomena serangan ular. "Ular tidak akan bersarang di permukiman warga apabila habitat alaminya masih ada. Pada musim hujan, ular akan mencari tempat yang kering, hangat, dan banyak makanan, yakni tikus." Masuknya ular ke permukiman, ia menambahkan, merupakan tanda dari ketidakseimbangan ekologi.

Apa yang dikatakan Ayu dibenarkan oleh Albi. Menurut dia, mayoritas laporan temuan ular yang ia tangani berasal dari perumahan yang baru dibuka. "Kebanyakan di daerah Ujung Berung (Bandung Timur), di sana kan banyak kompleks perumahan baru," kata Albi. Sebelum dijadikan perumahan, daerah itu dikenal sebagai perbukitan yang ditumbuhi semak-semak, kebun, hingga hutan. "Memang habitat ular di sana." Maka, wajar setelah lahan jadi permukiman, ular akan masuk ke rumah warga.

Penanganan ular piton berukuran di atas tiga meter.

Aneka laporan warga diperoleh Albi melalui grup WhatsApp berisi para aktivis dan ahli penyelamat ular dari seluruh Indonesia. Di sana, kata dia, semua laporan temuan ular dari wilayah mana pun akan masuk dan disebarkan ke anggotanya. "Nanti mereka bekerja berdasarkan wilayah laporan. Kalau dekat, segera diambil." Tak jarang Albi juga berkoordinasi dengan dinas pemadam kebakaran setempat untuk membantu petugas mengevakuasi ular dari rumah warga.

Namun Albi bekerja tanpa bayaran. Di organisasinya pun, Albi berstatus relawan. "Tapi, karena saya sudah mendapatkan pelatihan resmi untuk mengevakuasi ular, saya punya jaminan perawatan medis jika terjadi insiden." Dia juga punya prosedur standar yang resmi saat menangani laporan. Salah satunya, menentukan risiko bahaya yang dihadapi. "Dilihat dari jenis ularnya."

Jika laporan yang masuk adalah temuan ular-ular berukuran kecil, ia tinggal berangkat seorang diri. Tapi, jika temuannya ular piton dengan ukuran panjang di atas 3 meter, Albi harus didampingi ahli evakuasi ular lain. "Karena piton itu punya kekuatan untuk meremukkan tulang, tidak bisa asal dipegang," ujar dia.

Sama seperti Albi, Usup Sahroni juga punya minat dan semangat yang sama untuk menyelamatkan ular. Guru di SMPN 3 Bekasi itu mendirikan organisasi relawan penyelamat ular bernama Sahabat Reptil Bekasi, Jawa Barat, pada 2016. Organisasi ini didirikan karena minimnya jumlah tenaga ahli penyelamat ular di Bekasi. "Komunitas penyuka reptil banyak, tapi anggotanya kebanyakan pehobi."

Di Sahabat Reptil, Usup, yang juga bergabung dengan Sioux, membuat pelatihan mengevakuasi ular dan reptil lain untuk para relawan. Kini organisasi itu punya 20 relawan.

Warga dan petugas keamanan mengikuti sosialisasi penanganan ular di perumahan Kemang Pratama, Kota Bekasi.

Bekasi termasuk wilayah dengan laporan temuan ular cukup banyak. Dinas Pemadam Kebakaran Bekasi melaporkan, hingga Desember lalu, ada 50 laporan kasus temuan ular di wilayahnya. "Itu belum termasuk laporan yang masuk langsung ke relawan," ujar Usup.

Sahabat Reptil, sepanjang November-Desember, berhasil menyelamatkan 20 bayi kobra, 7 indukan kobra Jawa dan kobra Sumatera, 8 ekor piton, 5 ekor bayi piton, dan beberapa ekor jenis ular lain. "Semuanya di kawasan permukiman warga, dan memang kebanyakan di perumahan baru yang dulunya kebun, rawa-rawa, dan sawah," tutur dia.

Saat melakukan evakuasi, tak jarang Usup menemukan pengalaman menegangkan, bahkan kocak. Bertemu dengan ular yang agresif dan sulit ditaklukkan adalah hal yang lazim. Namun salah satu cerita paling berkesan, kata dia, adalah ketika suatu kali ia mendatangi rumah seorang warga di Bekasi yang dilaporkan dimasuki ular. Ketika Usup datang, rupanya seluruh lantai rumah warga itu ditaburi garam. "Banyak sekali garamnya," kata dia sambil tertawa. Dia lalu menjelaskan kepada sang pemilik rumah bahwa penaburan garam itu tidak ada gunanya. "Ular tidak takut garam."

Tidak hanya menyelamatkan dan menyingkirkan ular dari rumah atau tempat beraktivitas manusia, para aktivis dan relawan juga punya misi mulia, yakni menjaga kelangsungan hidup ular. Karena itu, setiap kali selesai mengevakuasi ular, baik Albi maupun Usup segera melepas-liarkannya kembali ke alam liar. "Tapi dilihat dulu kondisi ularnya. Kalau terluka, tentu kami rawat dulu," ujar Usup.

Luka-luka pada ular itu terjadi karena biasanya warga yang menemukan ular memukulnya karena ketakutan. Padahal, menurut Usup, ular tidak akan menyerang manusia kalau tidak diusik.

Di rumahnya, Usup menyimpan puluhan kotak kayu yang dirancang nyaman untuk tempat karantina ular guna merawat ular yang terluka. Tak jarang ular-ular itu keburu mati sebelum dirawat. "Gara-gara sudah digebuk duluan saat ditemukan oleh warga." Suatu kali ia menemukan seekor kobra Jawa yang kepalanya remuk. Usup ingin merawat ular itu agar kembali pulih dan bisa dikembalikan ke habitatnya. Namun ular itu tak bisa bertahan lama.

Sahabat Reptil Bekasi melepas-liarkan ular-ular itu di kawasan hutan dan pegunungan yang jauh dari jangkauan manusia. "Biasanya di daerah Bogor dan Sukabumi." Usup punya beberapa teman yang biasa membantunya membebaskan kembali ular-ular itu ke alam. Selain harus jauh dari permukiman dan jalur lalu-lalang manusia, tempat pelepas-liaran ular harus disesuaikan dengan jenis habitat dan sumber makanan ular. Biasanya ular dilepaskan di dekat sumber atau aliran air.

Namun, Albi mengatakan, penyelamat ular harus tahu karakter dan latar belakang ular sebelum melepas tangkapannya ke alam. "Kalau ular hasil tangkaran dan peliharaan, justru jangan dibuang sembarangan, karena malah akan menjadi masalah baru." Sedangkan ular-ular liar seperti yang banyak ditemukan dalam beberapa waktu terakhir harus dilepas-liarkan secepat mungkin sejak ditemukan. "Tujuannya supaya insting alamiah ular dalam berburu makanan tidak hilang." Jika kelamaan di dalam kandang dan diberi makan manusia, dikhawatirkan ular tidak mampu bertahan hidup saat dikembalikan ke habitat aslinya.

Albi sendiri kerap melepas-liarkan ular di gunung-gunung yang banyak terdapat di sekitar Bandung, seperti Gunung Manglayang dan Kiara Payung di Jatinangor, hingga Ciwidey di Kabupaten Bandung. Agar tak menimbulkan konflik baru dengan warga di sekitar, lokasi pelepasan ular harus sangat jauh. "Biasanya bisa sampai 4-5 kilometer dari jalur yang biasa dilewati warga atau pendaki gunung."

PRAGA UTAMA



SebelumnyaTopik 2/2 Selanjutnya

Hubungi Kami:

Alamat : Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No.8, Jakarta Selatan, 12210

Informasi Langganan :

Email : cs@tempo.co.id

Telepon : 021 50805999 || Senin - Jumat : Pkl 09.00 - 18.00 WIB

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2525 | 0882-1023-2343 | 0887-1146-002 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Informasi Lainnya :

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2828 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Komentar

Berita Terkait

  • Agar Mereka Tidak Celaka
  • Hikayat Para Penyelamat Ular

    Berita Lainnya

  • Cover Story

    Dalam Perlawanan Partai Banteng

    Di bawah pimpinan dan undang-undang baru, Komisi Pemberantasan Korupsi balik badan menghadapi perlawanan elite PDI Perjuangan.

    11 Januari 2020
  • Berita Utama

    PDIP Melawan, KPK Balik Badan

    Djarot Saiful Hidayat mengklaim partainya tak akan mengintervensi proses hukum KPK.

    11 Januari 2020
  • Berita Utama

    Izin Dewan Pengawas KPK Hambat Penyegelan Kantor Hasto

    Mata rantai penggeledahan yang panjang berpotensi memunculkan upaya penghilangan alat bukti.

    11 Januari 2020
  • Berita Utama

    Setelah Tim KPK Disekap di Kampus Polisi

    Tim pengusut kasus suap komisioner KPU diganti.

    11 Januari 2020
  • Berita Utama

    Arief Budiman: PDIP Tiga Kali Bersurat ke KPU

    Satu surat disertai dengan fatwa Mahkamah Agung ihwal nama Harun Masiku sebagai pengganti antarwaktu di Sumatera Selatan 1.

    11 Januari 2020
  • Ekonomi dan Bisnis

    Softbank Siap Danai Ibu Kota Baru

    Akan menggarap konsep kota pintar.

    11 Januari 2020
  • Cari angin

    Polisi

    Hari Bhayangkara masih jauh. Tapi menyoroti kerja polisi tetap menarik. Ada banyak sisi positif, tapi juga ada banyak sisi negatif. Barangkali karena banyak yang berharap polisi menjadi bhayangkara negara yang profesional dan disegani.

    11 Januari 2020
  • Internasional

    Iran Tuntut Bukti Pesawat Ukraina Ditembak Rudal

    Komite Kecelakaan Penerbangan Iran mengundang empat negara untuk menyelidiki data kotak hitam.

    11 Januari 2020
  • Metro

    Integrasikan Layanan, PT MRT dan KAI Bentuk Anak Perusahaan

    Empat stasiun telah ditetapkan menjadi percontohan sistem integrasi.

    11 Januari 2020
  • Ekonomi dan Bisnis

    Platform Perencana Wisata Milenial

    Pigijo membidik laba enam tahun setelah melantai di bursa saham.

    11 Januari 2020
  • Topik

    Agar Mereka Tidak Celaka

    Ular-ular liar yang tertangkap sebaiknya segera dilepaskan kembali ke habitatnya. Bayi ular lebih berbahaya.

    11 Januari 2020
  • Topik

    Hikayat Para Penyelamat Ular

    Dua bulan terakhir, berita "invasi" ular ke permukiman warga marak di mana-mana. Semakin sempitnya ruang gerak ular akibat pembangunan permukiman membuat persinggungan antara manusia dan hewan melata ini semakin sering terjadi. Di tengah "konflik" itu, hadir orang-orang yang menjadi juru selamat bagi para ular.

    11 Januari 2020
  • Kuliner

    Rumah Klasik Makanan Nusantara

    Kafe ini menyediakan makanan khas Indonesia, Asia, hingga western.

    11 Januari 2020
  • Film

    Gebrakan Tiga Perempuan

    Membongkar kejahatan seksual dan patriarki dalam kelindan bisnis media dan politik.

    11 Januari 2020
  • iTempo

    Agar Aman Saat Online

    Hindari menggunakan layanan online untuk menyimpan informasi penting dan pribadi.

    11 Januari 2020
  • Perjalanan

    Liwa-Krui, dari Hening Hutan ke Gemuruh Lautan

    Liwa yang terletak di Lampung Barat seolah-olah terisolasi karena dikurung bukit dan gunung. Punya keistimewaan tersendiri.

    11 Januari 2020
  • Sastra

    Percakapan di Ruang Tunggu

    Seno Gumira Ajidarma

    11 Januari 2020
  • Sastra

    Psikedelik

    Kiki Sulistyo

    11 Januari 2020
  • Tamu

    Windy Cantika Aisyah

    Saya Didoktrin Menjadi Atlet Angkat Besi

    11 Januari 2020
  • Buku

    Hidup Hanyalah Mampir Jalan-jalan

    Buku ini kumpulan kisah perjalanan Afonso Cruz, novelis Portugal, berkeliling dunia, termasuk ke Indonesia.

    11 Januari 2020
  • Olah Raga

    Sang Pahlawan

    Harry Maguire akan diturunkan dalam laga melawan Norwich.

    11 Januari 2020
  • Olah Raga

    Perang Baru untuk Mourinho

    Parkir bus bisa menjadi pilihan.

    11 Januari 2020
  • Olah Raga

    Perlu Tiga Bulan Bangun Sirkuit Formula E

    Tim dari Federasi Balap Mobil Dunia akan meninjau kawasan Monas pada akhir bulan ini.

    11 Januari 2020
Koran Tempo
  • TEMPO.CO
  • Majalah Tempo
  • Majalah Tempo English
  • Koran Tempo
  • Tempo Institute
  • Indonesiana
  • Tempo Store
  • Tempo.co English

© 2018 PT. Info Media Digital, All right reserved