Indah Dilihat, Pahit Dirasa
Di halaman rumahnya yang sederhana dan pernah beberapa kali terendam luapan air Bengawan Solo, Sukiman tampak bersimbah peluh membakar lempengan tembaga di sebuah tungku. Warga Joyontakan itu adalah satu-satunya perajin canting--alat untuk membatik--yang tersisa di Kota Solo. Dia terlahir sebagai generasi kelima dari keluarga pembuat canting. Meski mencoba konsisten menjaga warisan keluarga, Sukiman tak mampu ikut mereguk manisnya pasar batik.
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini