Wisnu, 22 tahun, telah meraih gelar sarjana finance dari Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII). Tapi ia belum puas dengan gelarnya. Ia menambah waktu belajar berinvestasi saham di lembaga pelatihan pasar modal di Omni Invest, di Jalan Mitra Boulevard, Sunter, Jakarta Utara, setelah kuliahnya rampung.
Berbekal materi analisis fundamental dan analisis teknikal, Wisnu menjajal peruntungan sebagai investor saham. Dari keluarganya, Wisnu mendapat modal sebesar Rp 10 juta untuk berinvestasi. Meski modalnya cekak, hasilnya lumayan: ia untung 5 persen. "Saya investasikan untuk saham perusahaan tambang, bank, dan semen," ujarnya, Jumat pekan lalu, seusai mengikuti kelas di Omni Invest.
Ia mengikuti kursus saban Senin, Rabu, dan Jumat malam agar tahu serba-serbi pasar saham. Khusus Sabtu, ia belajar dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Wisnu mendapat training khusus tentang analisa teknikal saham. Jumat malam lalu, bersama enam peserta lainnya, Wisnu menjalani simulasi ujian dengan komputer. "Dibanding kuliah yang hanya teori, di sini saya belajar menjadi praktisi. Pengajarnya banyak praktisi dunia saham juga," ujar Wisnu.
Pengajar Wisnu malam itu adalah Alldi Dedi. Dalam mengajarkan ilmu dunia saham di Omni Invest, Alldi banyak menggunakan metode simulasi komputer. "Resep (bermain) di dunia saham adalah belajar dari kesalahan," kata Alldi seusai mengajar.
Andry Sukamto Tjoe, Managing Director Omni Invest, Financial and Capital Market Training, mengatakan lembaga yang didirikannya pada Januari 2007 itu telah melatih sekitar 200 orang. Pesertanya mulai murid SMA hingga usia 30-an. Tapi sejauh ini baru ada seorang peserta yang masih SMA karena diajak ayahnya. Meski begitu, kata Andry, remaja itu belum berhasil menjadi investor.
Menurut Andry, perlu waktu lama agar berhasil bermain di pasar saham. Bermain saham membutuhkan pengetahuan yang banyak dan luas tentang dunia ekonomi, baik pada level mikro maupun makro. Contoh yang mencengangkan adalah Willy Budiman, siswa SMA Santa Ursula, yang bisa meraih keuntungan hingga 2.000 persen. Willy belajar bermain saham sejak masih kelas V sekolah dasar. Willy berhasil meraup keuntungan ratusan juta rupiah. "Willy belajar secara otodidak dari ayahnya yang juga seorang investor saham."
Pelaku bursa saham, kata Andry, terdiri atas profesional dan investor. Profesional adalah orang yang menjadi karyawan pasar saham. Sedangkan investor adalah orang yang menanamkan uangnya di dunia bursa efek. Untuk menjadi profesional, dibutuhkan proses belajar yang cukup panjang dan harus melewati serangkaian ujian. Ditambah lagi, seorang profesional harus lulus ujian yang diselenggarakan Badan Pengawas Pasar Modal. "Omni Invest ingin mencetak investor."
Selama ini, kata Andry, 80 persen investor cenderung rugi karena kebanyakan tidak menguasai ilmu dan perangkat menjadi investor secara komprehensif. Syarat untuk menjadi investor saham yang berhasil harus mempunyai modal, waktu, alat pendukung, edukasi, dan pengalaman yang memadai.
Seorang investor saham maupun profesional saham harus menguasai top down analysis, yang terdiri atas analisis makro tentang kondisi ekonomi global, regional, nasional, kondisi perindustrian, dan kondisi emiten.
Sedangkan investor harus memahami analisis teknikal, fundamental, manajemen keuangan, serta manajemen risiko. Analisis teknikal yang harus dikuasai terdiri atas ekuitas (saham), komoditas, currency, dan indeks harga saham gabungan. Analisis teknikal ini merupakan analisis makro ekonomi untuk mempelajari pergerakan harga saham.
Analisis fundamental tak kalah pentingnya untuk mengetahui "kesehatan" emiten atau perusahaan yang menawarkan saham untuk memprediksi prospeknya. Fundamental perusahaan ini meliputi pengetahuan tentang sejauh mana kualitas manajemen, penjualan, keuangan, kemampuan membayar utang, serta kemampuan marketing perusahaan. Lebih bagus lagi jika bisa menguasai psikologi pasar. THOWAF ZUHARON
Tip bagi investor saham: