YouTuber Jerome Polin terus menginspirasi anak muda. Lulusan SMA Negeri 5 Surabaya itu berhasil menyabet beasiswa penuh dari Mitsui Bussan untuk melanjutkan sekolah di Universitas Waseda, Jepang. Sebetulnya, ia juga mendapatkan beasiswa di Singapura. Namun tak dia ambil karena beasiswa itu tidak penuh untuk menanggung hidup dan sekolahnya.
Motivasinya belajar di luar negeri tumbuh sejak kecil ketika ia bersekolah di SD dan SMP Intan Permata Hati di Surabaya. Di sekolah ini, kebanyakan siswanya berasal dari keluarga berada yang sering berlibur ke luar negeri. Dari sana, ia pun bertekad bisa ke luar negeri dalam waktu yang lama—bukan hanya sebentar untuk liburan.
Kondisi keuangan keluarga yang pas-pasan mendorongnya berburu beasiswa. Ia belajar keras, dan tak kenal tempat, termasuk di angkot. “Sopir angkot dan teman-teman, kakak kelas, semuanya tahu bahwa saya belajar di angkot,” kata Polin di akun YouTube Nihongo Mantappu miliknya. Boleh dikatakan, saat SMA Jerome adalah seorang kutu buku, tidak gaul, tak pernah nongkrong, dan tidak pernah bermain media sosial.
Namun ia tidak menyesal tak sempat bergaul ketika itu. “Sejauh ini belum ada penyesalan. Meski dulu enggak bisa nongkrong,” tutur anak kedua dari tiga bersaudara itu kepada Dian Yuliastuti dari Tempo melalui aplikasi meeting, Rabu lalu. Menurut dia, itu merupakan pilihan yang dia ambil. “Mungkin aku akan menyesal jika enggak ambil pilihan-pilihan ini.”
Sejak beberapa tahun belakangan, Polin sering berbagi kisah hidupnya melalui kanal YouTube miliknya yang kini diikuti oleh 3,92 juta orang dan akun Instagram-nya dengan 2,8 juta pengikut. Ia juga memotivasi orang untuk belajar bahasa Jepang dan matematika.
Anda sudah belajar keras sejak SD dan SMP?
SD-SMP ya belajar, tapi tidak terlalu keras. Baru setelah SMA itu mulai ngejar. Setelah sekolah, kegiatan ekskul sampai malam. Kalau ada jam kosong atau istirahat, lebih baik belajar ke perpustakaan. Ke kantin juga bawa buku. Belajar di rumah paling sampai malam, enggak pernah belajar sampai pagi.
Anda juga ikut Olimpiade Matematika?
Mulai ikut-ikut Olimpiade di kelas X, tapi gagal. Dari situ kemudian mulai terpacu. Belajar lebih keras, belajar melampaui materi yang seharusnya, bahkan materi kelas XII. Mulai menang sedikit-sedikit di kelas XI.
Bagaimana Anda mempersiapkan diri ke Jepang?
Sebelum berangkat ke Jepang, saya harus ikut kursus selama sebulan di Universitas Persada Indonesia, Jakarta. Belajar dengan semangat, tapi tak maksimal karena tinggal bersama keluarga, banyak main. Sesampai di Jepang, tak langsung kuliah, tapi harus mengikuti kelas bahasa Jepang lagi dengan tingkatan tertinggi.
Anda belajar bahasa Jepang secara intensif di sana?
Pagi sekolah (bahasa Jepang) sampai jam 4. Belajar lagi sejak jam 5 sampai jam 11 malam.
Apa yang paling berkesan selama di sana?
Menang pidato bahasa Jepang. Karena cuma belajar sebentar, persiapan mepet. Jadi, kaget banget waktu menang. (Lomba pidato diikuti oleh banyak siswa yang minimal telah satu tahun belajar bahasa Jepang, bahkan ada yang sudah 13 tahun. Ia berpidato singkat tentang hal kecil, mulai mengenal Jepang dan kekagumannya akan ekonomi, teknologi, dan infrastrukturnya).
Apakah belajar Bahasa Jepang susah?
Susah, kan ada huruf-huruf sendiri. Belajar ekstra keras. Setelah 3-4 bulan akhirnya bisa ngejoke, rasanya, wah, mantap jiwa, dan ikut lomba pidato itu.
(Di vlognya, ia bercerita belajar hingga dinihari, pukul 02.00-03.00 baru tidur, berusaha keras dengan mendengarkan radio, melihat televisi, dan membaca koran agar paham bahasa Jepang).
Sejak kapan Anda suka matematika, apa menariknya?
Sejak SD kelas V. Matematika itu seru, seperti memecahkan sesuatu. Secara pribadi aku suka materi terapan, statistika. Dengan ilmu ini, bisa memprediksi sesuatu, misalnya, tentang Covid ini.
(Jerome dan kakaknya juga mendirikan Math Q & A yang membahas tentang soal matematika secara daring. Saluran untuk semua orang dari berbagai usia dan jenjang pendidikan.)
Di vlog sering ajarkan matematika, apa saja yang menarik dibahas?
Banyak yang request misalnya untuk persiapan ujian, UTBK, dan materi ujian CPNS. Itu kan ada tes, silabusnya. Saya membahas konten tidak ada persiapan, karena sudah terbiasa sejak dulu soal-soal seperti itu. Jadi, tinggal menjelaskan secara langsung.
Bagaimana Anda memotivasi diri dalam belajar?
Waktu SD-SMP banyak teman yang nge-les, aku enggak nge-les. Mamaku pernah bilang dan memotivasi agar semangat belajar dan berjuang. Mama bilang kalau kamu mau belajar, kamu bisa kok. Jangan menyerah dengan keterbatasan akses. Jangan mudah menyerah. Kini banyak anak muda yang merasa tidak punya fasilitas jadi kurang berjuang dengan orang yang lebih punya akses.
Jadi, Anda sama sekali enggak pernah les?
Ya, nge-les pernah, tapi cuma untuk tambahan pas lomba-lomba. Kan sebelum lomba paduan suara biasanya waktu belajar tersita. Itu juga untuk yang penting-penting, seperti fisika dan matematika. Kalau PKN, sejarah, bisa dipelajari sendiri. Lesnya di sekolah, sama online.
Jadi, Anda belajar sendiri?
Sejak SD- SMP itu belajar sendiri, coba ngerjain tugas sendiri. Kalau mengerjakan sendiri, tahu jawabannya lebih puas dan pasti akan lebih nempel. Jangan sedikit-sedikit lihat kunci jawaban juga. Kadang-kadang mikir-nya kalau diajarin itu akan mengerti, ya ngerti, tapi ngerti-nya itu beda.
Anda beberapa kali memenangi Olimpiade Matematika, dorongan dari guru, sekolah, atau keinginan sendiri?
Itu lebih inisiatif sendiri.
Bagaimana memotivasi anak-anak muda lain agar sukses seperti Anda?
Yang saya dapat sekarang ini bukan karena keberuntungan, tapi melalui perjuangan keras dan mati-matian. Tidak ada yang instan. Yang instan saja harus diproses dulu jika mau cari sesuatu.
Dulu Anda jarang bergaul, apakah menyesal?
Sejauh ini belum ada penyesalan, meski dulu enggak bisa nongkrong. Pilihan-pilihan yang aku ambil masa lalu itu yang membawa aku sekarang ini. Mungkin aku akan menyesal jika enggak ambil pilihan-pilihan ini.
Anda juga menjadi YouTuber, kapan Anda mulai membuat konten?
Sudah lama ya, biasanya setelah kuliah. Mikir idenya dulu, lalu bikin, edit sendiri.
Berapa lama Anda membuat satu konten?
Ya, sekitar 1-3 hari untuk satu konten. Lalu setelah itu di-translate. Ya, mungkin 5-7 hari lah semua.
Anda menggunakan teknologi untuk berkreasi. Bagaimana Anda menilai anak-anak muda kini dalam memperlakukan teknologi?
Teknologi itu seperti pedang mata dua, bisa dipakai untuk mengakses hal-hal buruk, tapi juga bisa untuk mendapatkan apa pun informasi baik. Semua sama-sama tersedia, tinggal mau dipakai untuk apa bisa. Ya, termasuk untuk menginspirasi atau memberi semangat yang positif.
Jerome Polin Sijabat
Lahir: 2 Mei 1998
Sekolah:
SD-SMP Intan Permata Hati Surabaya
SMA Negeri 5 Surabaya
Mahasiswa Universitas Waseda Jepang
Prestasi:
Juara 1 Olimpiade National Industrial Engineering ITS 2016
Juara 2 Regional Olimpiade Farmasi Nasional Unair 2015
Juara 3 Olimpiade Matematika 2014
Pemenang ke-14 Japanese Speech Contest, Suginami Association
Buku: Mantappu Jiwa
Akun YouTube: Nihongo Mantappu