AFTER THE MEMORY POLICE
- Yoko Ogawa
Jangan beri aku sebuah premis anomali ini lagi:
“Di kota ini, setiap orang yang menyimpan memori
dari semua benda, di hati dan pikiran mereka
adalah bahaya, adalah bahaya.”
Di ruang studio pahat bawah tanah itu,
patung-patung hancur berserakkan
seperti ucapan ibumu.
Sambil berjalan di atas tekstur lantai kasar berdebu,
masih kau ingat juga sarkasme-sarkasme polisi itu:
“setiap benda yang sudah mati dilarang ada di sini”
Dari sebelah utara,
sesekali kau dengar sungai bergemuruh
seperti kekuasaan aneh
yang memeluk kecemasan setiap orang
saat segala sesuatu hilang.
Di ruang studio pahat bawah tanah itu
kau mungkin terus akan bertanya
kenapa semua laci barang-barang lama
seperti kotak pandora
di dalam bahasa.
2020
TAMU TAK DIUNDANG
di waktu yang tak pernah ada dalam kalendermu
kenangan mendatangi rumahku dari pintu belakang.
“Kesepian itu seperti masakan,” katanya.
lalu ia duduk di bangku sambil menggerutu.
ia bercerita tentang hari itu
bahwa jalan-jalan rusak oleh hujan.
sambil menutupi kepala
orang-orang berlari dari masa lalu mereka.
sebab hujan mengandung asam
yang akan membuat kepala berkarat.
ia melihat anak-anak yang bermain air
sambil menengadahkan wajahnya ke langit
ia berkata, “Anak-anak tak pernah takut hujan
tapi ia takut kehilangan senyumannya.”
“Jangan terlalu banyak memasang foto dan menghitung kalender,
nanti kau tak tahu siapa yang lewat di depan rumahmu
dan kau bisa lupa jalan di depanmu,”
lanjutnya sambil mencicipi masakanku yang sudah dingin.
“Terlalu manis. Kurang garam dan merica.
jangan terlalu banyak penyedap rasa, itu akan merusak otakmu.”
kemudian ia pergi lewat pintu depan rumahku
sambil terus menggerutu.
Willy Fahmy Agiska lahir di Ciamis, 28 Agustus 1992. Kini tinggal di Bandung dan bekerja sebagai redaktur puisi Buruan.co. Buku puisinya, Mencatat Demam (2018), mendapat penghargaan Buku Puisi Terbaik Anugerah HPI 2019.
Kedung Darma Romansha kelahiran Indramayu. Novelnya, Telembuk (dangdut dan kisah cinta yang keparat), masuk lima besar Kusala Sastra Khatulistiwa dan buku rekomendasi Tempo 2017. Buku cerpennya berjudul Rab(b)i (2020).