Wendy Fermana
Mahameru
Hanya ada sehelai kain digantung
dan pohon kelapa hampir runtuh
langit biru dipenuhi burung
awan-awan menunggu air jatuh.
Gunung jadi tonggak
burung terdengar berkoak
memutar tembang kenangan
perihal perjalanan menemukan.
Hanya ada selembar lontar
yang menunggu seorang menuliskan
babak baru bersabar
dan berjalan tanpa hentian.
“Bentangkan sarung
biar angin terperangkap.”
Seseorang siap bertarung
dalam suasana gelap.
Akan tetapi, blencong masih nyala
hadirkan cerita yang belum sudah
gunungan pun menumpuk di utara
semuanya terlampau sulit dibaca.
2016-2020
Peristiwa Persembahan
Selaksa paksi bukan pahala
yang dikirim Sang Hyang
buat menyeret mega agar berlalu.
Pancabicara dalam banten
tak jua layukan padma tua
meski kering, meski pecah,
meski hanya biji, maya-maya
merembeskan marah.
Bangun lingga di petilasan
walau kucur kesumba
tak habis tolak mala
tak jua hapuskan darah
mercapada ini mabuk
aku mendaki tak kunjung merengkuh
puncak pun menambah amuk.
Pada segugus urusan
yang membatalkan kedatangan
paksi, aku selalu mendesak.
“Beri aku restumu, Batara.”
Selaksa paksi dengan kepak
mencipta beliung
tak jua menyudahi
gejolak dalam perut Mahameru.
“Beri aku kuatmu, Batara.”
2013-2020
Wendy Fermana lahir di Palembang, 10 November 1994. Selain menulis puisi, ia menulis cerita. Buku cerpennya Kawan Lama (2017) dan buku cerita anak Ratu Bagus Kuning (2017).