Di ruangan instalasi gawat darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, dokter Yonathan Adhitya Irawan merasakan keheningan. Lelaki 28 tahun yang menangani pasien orang tanpa gejala virus corona itu sedang beristirahat di tempat kerja seluas 5 x 10 meter.
Di sela jadwalnya yang padat, Adhitya mendengarkan gamelan, gending karawitan Jawa, dan musik-musik elektronik melalui telepon selulernya. Ia hanyut bersama musik itu selama beberapa menit pada malam saat berjaga di ruang IGD. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana ini menikmati musik terapeutik yang dirancang khusus untuk pekerja medis dan pasien Covid-19.
Meski tak hafal musikus dan jenis musik yang ia dengarkan, Adhitya merasakan musik itu membantu mengurangi kepenatan karena menjalankan tugasnya sebagai tenaga medis. "Merasa rileks dan tenang," kata Adhitya kepada Tempo melalui sambungan telepon, Ahad lalu.
Dokter asal Bekasi itu juga kerap mendengarkan musik tersebut pada pagi hari. Selepas berjaga di rumah sakit, Adhitya menghabiskan waktunya sebentar untuk mendengarkan musik di kamarnya di rumah dinas.
Kompilasi musik karawitan Jawa dan elektronik yang didengarkan Adhitya itu merupakan bagian dari proyek nirlaba yang digagas pekerja seni kreatif dan musikus di Yogyakarta. Mereka menamai proyek itu Merdu Ruang atau Meruang. Proyek kolaboratif ini menyajikan serangkaian playlist musik latar yang secara khusus dirancang untuk pekerja medis dan pasien Covid-19.
Proyek ini berawal dari kegelisahan seorang pekerja seni kreatif di Yogyakarta, yang berinisiatif mencari cara untuk memberi dukungan moral bagi tenaga medis dan pasien Covid-19. Melalui grup WhatsApp, pekerja seni ini intens berkomunikasi dengan para musikus untuk kegiatan ini. Mereka kemudian bergerak untuk membuat platform playlist musik secara daring. Situs itu dilengkapi dengan gambar ilustrasi tenaga medis serta tangga nada.
Proyek yang berjalan sejak 28 Mei ini telah diakses 29 tenaga kesehatan dan pasien yang tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Papua. "Kondisi psikis tenaga medis dan pasien perlu menjadi perhatian," kata Venti Wijayanti, anggota tim produksi proyek tersebut.
Ide untuk membantu tenaga medis dan pasien selama pandemi mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan. Mereka lalu membentuk tim yang terdiri atas dokter, ahli akustemologi, kurator musik karawitan, kurator musik elektronik, penata website, penata artistik, dan tim produksi.
Penyanyi, pengarang lagu, dan pianis Leilani Hermiasih bertugas membantu kurator memilih musik karawitan yang pas. Selain membantu kurator, Leilani bertanggung jawab sebagai tim produksi bersama Venti.
Tim kurator musik Meruang memilih musik sesuai dengan arahan ahli akustemologi mengenai kriteria musik yang dibutuhkan di setiap ruangan. Mereka mengelompokkan musik sesuai dengan kebutuhan waktu, yakni pagi, siang, sore, dan malam. Ruangannya meliputi ruang tunggu pasien, ruang pasien pribadi, ruang pasien bersama, dan ruang isolasi.
Kurator memilih jenis musik yang memberikan efek ketenangan, kenyamanan, harapan, dan semangat. Setelah itu, mereka meminta izin pemilik hak cipta lagu-lagu terpilih untuk dilibatkan dalam rangkaian musik latar ini. Rangkaian musik latar selanjutnya didistribusikan kepada tim medis dan pasien.
Tim proyek tersebut menyusun daftar lagu melalui format Mp4 yang diputar melalui platform website Meruang.com. Pengguna situs hanya perlu mendaftar dengan mengisi identitas diri dan provinsi tempat dia bekerja atau dirawat. Tim Meruang juga menyertakan informasi data yang masuk hanya untuk verifikasi dan analisis persebaran pengguna musik.
Kompilasi musik berdurasi 50-70 menit itu berisi delapan judul lagu musik karawitan Jawa dan elektronik. Musik karawitan Jawa yang diperdengarkan di antaranya berasal dari album musik Mangkunegaran Solo dari pengrawit Pura Mangkunegaran, Trance Gong dari Gamelan Pacifica, duet Nanang Bayuaji dan Wahyu Thoyyib Pambayun, serta Gamelan of Central Java: Flower the Meditative Gender Colours.
Deretan musik elektronik melibatkan sejumlah musikus, yakni K. Leimer, Gigi Masin, Inoyamaland, dan Group Listening. Kreasi duo musikus Jepang, Inoyamaland, misalnya, menyuguhkan musik klasik ambiens eksperimental. Musik mereka membawa suasana yang lembut, melankolis, dan kegembiraan melodi. “Musik-musik yang memberi efek pikiran tenang," kata Venti.
Selain menyediakan layanan mendengarkan musik online melalui website, mereka menyediakan layanan offline berupa permintaan pengiriman musik dalam bentuk file Mp4 yang disimpan di flash disk. Layanan offline ini ditujukan bagi rumah sakit atau klinik yang sulit mengakses secara online karena keterbatasan akses Internet.
Penyebaran musik Meruang tidak semuanya berjalan mulus. Di Desa Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, tidak semua pasien dan tenaga medis bisa mengakses secara daring karena keterbatasan akses Internet. Dokter Adhitya mengatakan akses Internet di sana tidak stabil dan belum ada dukungan pengeras suara di ruangan RSUD. "Wi-Fi lemot dan sinyal ponsel sering hilang."
SHINTA MAHARANI