Adi Kurdi adalah sosok yang tekun, rajin, dan sungguh-sungguh dalam dunia akting. Begitulah Ken Zuraida, istri almarhum W.S. Rendra, mengenang aktor yang populer dengan perannya sebagai Abah dalam serial televisi Keluarga Cemara itu. Adi adalah kakak kelas Ida-panggilan Ken Zuraida-di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta. Di kampus itu, Adi menekuni seni patung, sementara Ida belajar desain interior. Tak hanya di kampus, mereka kembali bertemu di Bengkel Teater. Adi adalah pemuda yang serius dan berambut gondrong. Kala itu Bengkel Teater masih berlokasi di Yogyakarta, belum pindah ke Depok.
Bersama Rendra, Adi rajin dan tekun belajar teater hingga mendapatkan peran penting sekitar 1974-1975. "Dia dapat peran penting dan melesat istimewa dari naskah Rendra dalam pentas Kisah Perjuangan Suku Naga," ujar Ida kepada Tempo melalui aplikasi pesan, kemarin. Adi memerankan sosok kepala kampung, Abisawa, yang mempertahankan entitas lingkungannya, menjaga alam dan kampungnya.
Kemarin, Adi kembali ke Bengkel Teater Rendra di Cipayung, Depok, Jawa Barat. Ia tidak datang sendiri, melainkan diantarkan mobil jenazah. Abah meninggal pada Jumat siang, 8 Mei 2020, di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, Jakarta Timur, pada usia 71 tahun. Ia meninggalkan seorang istri, Bernadetta Siti Restyratuti, dan seorang putri, Maria Advena Victoria. Aktor kelahiran Pekalongan, 22 September 1948, ini akan dimakamkan di area Bengkel Teater.
Ia menyiapkan aula dan keperluan misa beserta pemakaman Adi. Bersama W.S. Rendra semasa hidup, Ken Zuraida memang berkomitmen memberikan tempat pemakaman jika Adi Kurdi tiada. "Mas Willy dan saya memang sudah komitmen untuk itu." Di Bengkel Teater, ia akan tidur panjang bersama Rendra, Mbah Surib, dan anggota Bengkel Teater lain yang lebih dulu pergi.
Ida juga mengenang bahwa Adi tekun belajar apa saja, termasuk silat. Ia pernah dikirim Rendra untuk belajar akting di School of Art, Theatre Program New York University, Amerika Serikat. Sepulang dari sana, Adi lebih banyak berakting di film. Kebetulan pula, Bengkel Teater sedang tak ada pementasan. Ketika Bengkel Teater bangkit dengan nama baru Bengkel Teater Rendra, dengan repertoar pertamanya Panembahan Reso, Adi pun ikut dalam peran utama. "Akting itu jalan dia. Sebagai aktor, dia luar biasa," kata Ida, yang pernah dua kali sepanggung dengan Adi.
Salah satu hal penting yang diingat Ida adalah Adi menyanyikan sebuah tembang khas dari Pekalongan dalam pentas berjudul Selamatan Anak Cucu Sulaiman. Tembang itu kemudian dipakai bertahun-tahun ketika naskah ini dimainkan di Amerika, Jepang, Korea, Medan, Pontianak, Yogyakarta, dan Jakarta. Adi juga sempat menjadi asisten Rendra ketika mengajar teater.
Di luar keuletannya, Adi adalah sosok pemuda humoris dan keisengannya sering muncul. Ida dan anggota Bengkel Teater pernah dikerjai Adi. "Kami disuruh lihat hantu, lihat tuyul. Mukanya dicemong-cemongin. Ya, di kebon seperti ini kan kami takut semua, asli badungnya," Ida tertawa kecil mengenangnya. Ia pun mengingat bahwa Adi suka main ke Taman Hiburan Rakyat, iseng main roullete dan kebetulan beruntung dapat uang banyak.Uangnya dimasukkan ke t-shirt. Cara bicara Adi yang medok dari Pekalongan juga membuat Ida geli.
Akting Adi mulai menonjol di layar lebar sejak ia membintangi film Gadis Penakluk pada 1980. Dalam film itu, nama Adi Kurdi masuk nominasi Festival Film Indonesia (FFI) pada 1981. Namanya kembali diperhitungkan ketika ia bermain di film Putri Seorang Jenderal karya sutradara Wim Umboh, meski ia hanya berperan sedikit. Belasan filmnya kemudian mewarnai layar lebar hingga layar televisi.
Namanya makin berkibar ketika ia memerankan sosok Abah, pria kaya yang kemudian bangkrut dan hidup sederhana bersama istri dan tiga anaknya dalam serial Keluarga Cemara. Kisah itu diangkat dari karya Arswendo Atmowiloto. Dedi Setiadi, sutradara serial ini, mengatakan Adi tidak hanya sebagai Abah bagi anak-anaknya dalam serial televisi itu. "Beliau juga Abah bagi semua pemain dan seluruh kru. Orang yang hangat untuk kami semua," ujar Dedi kepada Tempo.
Ia mengenang kehangatan Abah yang selalu dinantikan para pemain dan kru adalah lontong ketan dengan bumbu kacang merah yang dibungkus daun kelapa. Makanan ini selalu dibawa ketika syuting. "Jadi, bukan hanya sekadar makanan, tapi juga ada kenangan dengan bungkusnya itu. Pernah diajak Abah mencari makanan ini di gang-gang saat mau syuting. Katanya, kalau belum makan ini, perasaan enggak lengkap," tutur Dedi.
Sebagai aktor yang sudah banyak makan garam dan mendapat ilmu akting, Abah bukan aktor yang mau menonjol sendiri. Menurut Dedi, justru keberhasilan akting Adi didukung lawan mainnya. Jadi, saat sebelum pengambilan gambar, ia selalu berlatih, dapat suasana pengadegannya, baru masuk pengambilan gambar. Boleh dikatakan bahwa pengambilan gambar Adi hanya sekali karena mereka sudah berlatih dan hal ini memudahkan kerja sutradara.
Keakraban Dedi dan Abah serta anggota Keluarga Cemara terus berlanjut di luar syuting. Hingga kemudian mereka berkumpul lagi dalam film Terima Kasih Emak, Terima Kasih Abah. Dedi mengatakan Adi sangat bersemangat menjalani syuting meski kala itu matanya sedang bermasalah. Namun Dedi tak kurang akal. Kondisi Abah itu dijadikan salah satu adegan di film tersebut. Semula, film ini akan dirilis April lalu, tapi pandemi corona membuyarkan rencana itu dan diundur pada Juli nanti. Dedi baru mengetahui Adi sakit dua hari sebelum ia tiada. Para pemain film itu sempat melakukan panggilan video. Dari seberang, Adi hanya melemparkan senyum.
Terima kasih, Abah. Selamat jalan… DIAN YULIASTUTI
Sinematografi:
- Gadis Penakluk (1980)
- Bukan Istri Pilihan (1981)
- Putri Seorang Jenderal (1981)
- Bunga Bangsa (1982)
- R.A. Kartini (1982)
- Hatiku Bukan Pualam (1985)
- Opera Jakarta (1985)
- Beri Aku Waktu (1986)
- Oeroeg (1993)
- Surat untuk Bidadari (1994)
- Aku Ingin Menciummu Sekali Saja (2002)
- 3 Hari untuk Selamanya (2007)
- Anak-anak Borobudur (2007)
- Ratu Kostmopolitan (2010)
- Kapan Kawin? (2015)
- Bulan di Atas Kuburan (2015)
- Triangle the Dark Side (2016)
Serial drama sunting:
- Sebening Air Matanya (1993)
- Keluarga Cemara (1997)
- Ali Topan Anak Jalanan (1997)
- Masalembo (2015)
Drama sunting:
- Seindah Bunga Teratai (2014) (DAAI TV)