Sebuah pesan kuat menyeruak dari sejumlah gambar karya seni cukil yang menyertai tembang rock Luka Kita yang dibawakan band Marjinal. Diunggah di YouTube pada Ahad, 29 Maret 2020, lagu itu didedikasikan bagi para korban corona, paramedis, dan sukarelawan di garda depan yang menghadapi wabah. Lagu tersebut cuma bertahan beberapa lama, kemudian ditarik. "Sekarang lagi buat versi yang baru," ujar Mike, gitaris dan vokalis Marjinal, kemarin.
Semua gambar cukil yang ditampilkan berlatar warna hitam. Salah satu gambar memperlihatkan sebuah tangan mengulurkan bantuan, memegang erat tangan yang terkulai di bawah, dan menolongnya. Warna putih seperti cahaya mengelilingi tangan itu, seolah-olah memancarkan kekuatan. Karya cukil tersebut diberi judul Silaturasa, akronim dari "Siapkan Lima Tuntutan Rakyat Sekarang Juga".
Dalam narasinya, Mike menjelaskan bahwa negara harus mengurus rakyatnya, memberikan kebutuhan dan perbekalan agar rakyat bertahan dalam melawan pandemi corona. "Bukan sekadar memberikan imbauan kecaman dan kegaduhan yang semakin mencekam," ujarnya pada Ahad itu.
Marjinal adalah sebuah band indie punk yang dibentuk pada 1997. Formasi awalnya adalah Romi Jahat (vokal), Mike (gitar), Bob (bas), dan Steven (drum). Setelah beberapa kali berganti personel, terakhir mereka beranggotakan tiga orang, yakni Bob, Mike, dan Ravel. Dua personelnya, yakni Mike dan Bob, selain bermusik, menekuni dunia seni rupa. Pada April 2018, bersama sejumlah seniman lain, Mike dan Bob berpameran di Taman Ismail Marzuki. Kala itu Mike membuat karya cukil kayu tokoh-tokoh dunia, seperti Mahatma Gandhi, Che Guevara, dan Albert Einstein. Adapun Bob saat itu memamerkan lukisan.
Karya cukil lain yang tak kalah kuat mengantar pesan dalam tembang Luka Kita adalah Negri Ngeri. Gambar itu memperlihatkan sesosok lelaki sedang memegang kepalanya. Setetes keringat meluncur di wajahnya. Di belakangnya seperti terlihat ada salib dan nisan. Orang tersebut seperti dalam tekanan berat, menghadapi kematian. Ini seperti mencerminkan situasi yang dihadapi banyak negara dalam menghadapi pandemi Covid 19, termasuk Indonesia. Dengan segala keterbatasannya, menurut Mike, semua pihak tak siap, gagap menghadapi peperangan ini.
Sebenarnya, menurut Mike, itu merupakan karya lama. Namun sangat pas diperlihatkan kembali saat wabah corona mendera. Ada kegelisahan, ada kegeraman, tapi ada semangat untuk bahu-membahu menghadapi wabah dan keluar sebagai pemenang. Pertolongan seperti tangan di atas itu layaknya simbol kuat agar bantuan diberikan kepada rakyat, terutama mereka yang sangat terkena dampak dan tak bisa mengakses perlindungan.
Tuntutan yang harus dipenuhi negara, Mike melanjutkan, antara lain masker, sanitizer, bahan pangan pokok, fasilitas kesehatan gratis, serta informasi yang transparan dan mengedukasi, bukan menakut-nakuti. "Coba bayangkan bagaimana dengan rakyat yang ekonominya pas- pasan, susah. Semua akan menjadi kendala besar guna meredam pengaruh corona bila mereka tidak diperhatikan keadaannya. Bahkan berpotensi menjadi gejolak sosial yang lebih mengkhawatirkan," ujarnya kepada Tempo melalui aplikasi pesan.
Mike pun mengatakan betapa saat ini juga sangat dibutuhkan jiwa-jiwa sosial, kesadaran tinggi akan kemanusiaan untuk membantu satu sama lain dalam menghadapi wabah tersebut. Semua pihak harus melakukan sesuatu bersama-sama, bergotong-royong. Ia mengajak semua pihak bahu-membahu memperhatikan keadaan saudara-saudara di sekeliling kita. Ia mengecam para politikus dan orang-orang kaya yang tak punya kepedulian. "Saat ini yang diperlukan oleh kita adalah semangat kepedulian dan berbagi," ujarnya lagi.
Karya lain yang ditampilkan memperlihatkan seseorang seperti menyembunyikan kedua tangannya di kedua paha. Karya ini berjudul Selfish. Mike menyampaikan bahwa nasib kita ke depan sangat bergantung pada tangan kita sendiri untuk berbuat dan mengubah keadaan. Ia menyerukan kebesaran hati dengan landasan agama untuk membantu sesama, sehingga kita tidak egois. "Agama membuat kita lebih mengenal Tuhan lebih dalam dan menebar kebaikan dari ajaran-Nya."
Mike dan awak Marjinal juga mengajak semua orang saling menyemangati dan tetap menjaga kesehatan.
DIAN YULIASTUTI