Sepasang anak muda tengah asyik berfoto di depan lukisan Mona Lisa. Tak lama kemudian, dia berpindah ke lukisan lain, selanjutnya ke karya lain lagi di ruang sebelah. Mereka lalu berfoto di depan karya jumbo berjudul The Last Supper, yang tergantung di sebelah ruangan. Mereka sedang menikmati pameran bertajuk "Leonardo Opera Omnia" di Museum Mandiri, Jakarta. Pameran peringatan 500 tahun maestro renaisans, Leonardo da Vinci, itu digelar oleh Kedutaan Besar Italia di Indonesia dan Institut Budaya Italia di Jakarta.
Lukisan itu bukan karya asli Leonardo da Vinci, melainkan hasil reproduksi. Karya itu merupakan bagian dari 17 lukisan reproduksi dari karya Leonardo da Vinci yang dipamerkan pada 6 Februari-3 Maret 2020. Pameran ini dikurasi pakar sejarah seni modern Italia, Antonio Paolucci. Selain di Indonesia, sebelumnya pameran ini sudah dilaksanakan di beberapa negara.
Dalam pameran ini, pengunjung bisa menikmati karya sang maestro yang disajikan dari hasil rekayasa teknologi kamera beresolusi sangat tinggi dengan ukuran atau dimensi yang persis dengan aslinya. Jadi, pengunjung bisa merasakan emosi yang sama seperti melihat karya aslinya. Kita dapat membayangkan lukisan Mona Lisa yang aslinya berada di Museum Louvre, Paris, atau The Last Supper yang sudah mulai memudar, yang disimpan di Monastery Santa Maria delle Grazie di Milan, Italia.
Mendampingi karya-karya itu, kita dapat mengetahui sejarah singkat sang maestro dan karya-karyanya melalui penjelasan kurator di video dan teks yang ditulis dalam tiga bahasa. Antonio Paolucci mengatakan "Leonardo Opera Omnia" menyingkap kehidupan dan kecerdasan sang maestro melalui karya-karyanya. Ke-17 karya reproduksi yang dipamerkan itu merepresentasikan perjalanan seni sang pelukis. Pameran itu sekaligus memungkinkan publik menikmati karya para seniman yang biasanya sulit diakses.
Leonardo adalah anak di luar nikah seorang notaris asal Firenze. Ia mempunyai kecerdasan luar biasa. Leonardo mendapatkan banyak pengetahuan secara autodidaktik. Rasa ingin tahunya sangat besar terhadap lingkungan dan sesuatu di sekitarnya serta tak mudah terpuaskan. Hasrat berimajinasinya juga tinggi. Penelitian ilmiah dan inovasi artistiknya membuatnya menjadi sebuah lambang manusia renaisans.
Setiap karya foto dilengkapi dengan keterangan tentang karya atau obyek tersebut. Seperti pada sebuah lukisan belum selesai yang berjudul Adorazione dei Magi. Da Vinci menggambarnya di atas papan kayu menggunakan arang, tinta, dan sebagian cat minyak. Ukuran karya tahun 1481 itu hampir 2,5 x 2,5 meter. Keterangan yang ditempel di dinding menyebutkan lukisan ini belum selesai karena Da Vinci harus pindah ke Milan pada 1842. Karya ini merupakan sketsa besar yang cukup terperinci, detailnya sangat terlihat.
Lukisan ini diperuntukkan bagi altar Gereja San Donato a Scopeto. Pada lukisan itu tampak banyak orang berkerumun mengelilingi Bunda Maria. Di pangkuannya ada sesosok anak dan seolah-olah menjadi pusat perhatian orang-orang. Di latarnya ada kuda, manusia yang bertempur, dan bangunan yang sebagian rusak.
Dalam keterangan disebutkan, "Menurut penelitian Antonio Natali (2002, 2016), tema lukisan ini berasal dari nubuat Nabi Yesaya tentang kedatangan Kristus Penyelamatan yang membawa damai di bumi dan membangun dunia baru di atas reruntuhan bangunan lama."
Pengunjung juga bisa melihat karya berjudul La Dama con l’ermellino (Cecilia Gallerani). Lukisan minyak di atas papan kayu bertarikh 1488-1489 ini tersimpan sebagai koleksi Czartoryski, Krakow, Polandia. Lukisan itu memperlihatkan seorang gadis cantik yang memeluk seekor cerpelai. Ia tampak seperti keluarga bangsawan. Hal itu terlihat dari dandanan, tata rambut, pakaian, dan perhiasannya. Ia tidak menatap ke depan, tapi sedikit memalingkan wajah, seolah-olah ada seseorang atau sesuatu yang menarik perhatiannya.
"Gadis muda ini usianya mungkin 18 tahun, mungkin 20 tahun," ujar Paolucci dalam video di bagian depan ruang pamer. Gadis itu diyakini sebagai bangsawan Milan dan kekasih gelap Ludovico Sforza, seorang bupati. Cerpelai yang dipeluknya diyakini sebagai lambang dari sang kekasih. Karya ini dibeli di Italia dan tercatat sebagai koleksi pangeran-pangeran Czartoryski sejak akhir 1700-an. DIAN YULIASTUTI