Teh dan Pengkhianat
Iksaka Banu
Begitu daun jendela terbuka, asap pipa tembakau yang semula terperangkap di ruang kerjaku berebutan ke luar, diganti udara sejuk. Kuhela napas panjang, seolah ingin mengisi paru-paru dengan kemurnian udara kaki Gunung Burangrang. Berharap hal itu bisa mengurangi rasa pening lantaran dua hari penuh menggelar rapat komandan lapangan.
Kantorku di lantai dua. Setiap hari sebelum mulai bekerja, aku memang selalu menyempatkan diri berdiri me
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini